SEJARAH AKAN TERULANG KEMBALI, WALAU AHOK DITUMBANGKAN.SEJARAH AKAN MENCATAT DENGAN TINTA EMAS
Apa yg dirasakan Bu Vero, Sean, Tania & Daud saat ini, mirip dengan yg dialami Bu Fatmawati, Megawati, Sukmawati, Rahmawati, Guruh & Guntur di thn 1967. Sesaat setelah Bung Karno di makzulkan melalui TAP MPRS yg kala itu dimotori oleh Jenderal .AH Nasution, Bung Karno hanya diberi waktu 2×24 jam untuk meninggalkan istana dan hampir tidak ada kesempatan menginventarisir barang2 pribadi dan koleksinya. Ia hanya mengambil koran bekas dan membungkus bendera pusaka. yg mirip dari peristiwa 1967 & 2017 adalah terutama dari sisi dimana jasa2 beliau berdua buat negara. Seperti apa yg dilakukan Ahok sejak 2012 buat DKI, yg dia dapat malah ganjaran penjara.
Sungguh menyedihkan, tiba2 sebagian orang kompak menyanyikan lagu yg sama bahwa beliau Penista Agama. Padahal sebagian dari mereka juga menikmati & merasakan hasil kerja beliau.
Betapa hancur dan sedih rakyat Indonesia pada waktu Bung Karno diperlakukan seperti itu, apalagi para marhaenis. Sosok yg sangat mereka kagumi, sang Proklamator, orator ulung, pemimpin yg disegani di dunia, harus menjadi pesakitan dan terasing di negaranya yg sangat ia cintai, yg ia bela dgn jiwa & raga. Seketika itu juga keluarga Bung Karno seperti musuh utama negara. Jasa2nya sebagai Pahlawan Revolusi dan Proklamator, seketika itu juga seperti tidak dianggap sama sekali oleh rezim baru yg berkuasa yg didukung kaum kapitalis.
Mirip dengan apa yg terjadi saat ini, betapa hancur dan sedih hati para pendukung Ahok setelah tahu beliau diputuskan bersalah dan hari itu juga ditahan di LP Cipinang. Ada yg pasrah, ada yg marah. Banyak yg sedih, banyak yg ingin berjuang lebih gigih. Hari itu rasa keadilan mengalami lukanya yg paling dalam. Hakim dalam putusannya sudah tidak memakai hati nurani bahkan tidak menyebutkan satu halpun yg bisa meringakan dakwaan.
Ini salah satu cuplikan dialog terkenal Bung Karno di Istana Kepresidenan sesaat setelah beliau diberi ultimatum meninggalkan istana.
“Semua ajudan menangis saat tau Bung Karno mau pergi “Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan…” Salah satu ajudan separuh berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno.
“Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu…keluarganya sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara”. tegas Bung Karno kepada ajudannya.
Bung Karno boleh disingkirkan dengan cara apapun, namun jasa2 dan hasil karyanya akan selalu dikenang. Nama besarnya tidak akan pernah redup dan hilang dari sejarah dab peradaban. Ahok boleh disingkirkan dengan cara2 politik yg keji dan kotor, namun jasa2 dan hasil kerjanya akan selalu diingat. Namanya akan terus harum karna dia adalah satu mutiara peradaban, salah seorang putra terbaik bangsa di abad ke-21.
Kami yg tidak akan pernah lelah dan menyerah berjuang untuk keadilan dan kebenaran. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yg langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno, 1967)
Sumber : Akun FB Igo Frans