@MYAHOK-Sebagian kalangan yang tidak bisa menerima keberadaan AHOK sebagai Gubernur DKI, terus menerus melancarkan aksinya dengan tujuan utama adalah untuk menghentikan karir AHOK di ranah politik. Penolakan keras kepada AHOK sebagai pejabat negara itu datang dari berbagai Ormas Islam yang mengatasnamakan demi membela agama Islam, terkait dengan pernyataan AHOK yang dinilai telah menistakan agama. Namun yang menjadi pertanyaan besarnya adalah apa salah AHOK hingga tak boleh jadi Gubernur lagi, sedangkan AHOK tak mungkin menistakan Agama ?.
Bila memang yang digunakan sebagai alasan adalah peryataan AHOK yang menyinggung ayat suci Al-Qur’an pada surat AL-Maidah 51, sebagaimana yang disampaikanya di depan masyarakat Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu, AHOK sendiri telah menyatakan bahwa dirinya tidak bermaksud melecehkan apalagi menghina ayat suci Al’Qur’an. Bahkan meski demikian, demi menjaga kerukunan dan kedamaian diantara umat beragama, AHOKpun juga telah meminta maaf, apabila pernyataannya itu menimbulkan persepsi yang berbeda.
Disisi lain AHOK adalah berasal dari golongan minoritas, baik dari segi keturunan maupun agamanya. AHOK yang berketurunan Tionghoa dan Non Muslim itu, dikenal sebagai pejabat daerah yang sangat berani dalam memberantas korupsi dan menegakkan peraturan. Meski AHOK punya niat yang baik, namun terkadang dalam berbicara dan menyampaikan pendapat, AHOK dinilai oleh sebagian kalangan tidak pantas dilakukan oleh seorang Gubernur Ibukota Jakarta.
Memang di saat yang sama, menuai kontroversi pendapat di kalangan masyarakat luas. Sebagian warga menilai bahwa karakter AHOK yang keras dan berani itu justru diperlukan untuk memperbaiki birokrasi agar menjadi lebih profesional. Sedang sebagian pihak lainnya menilai bahwa AHOK terlalu arogan, tidak santun dan tidak pantas dipilih sebagai pejabat daerah.
Terkait dengan tudingan penistaan agama yang dilakukan oleh AHOK, telah mengundang reaksi keras dari kalangan ormas Islam. Berbagai demo telah digelar yang pada intinya adalah menuntut AHOK agar dikenakan sanksi hukum terkait pernyataannya tersebut. Puncaknya adalah adanya rencana demo besar-besaran pada 4 November nanti.
Bila saja seluruh masyarakat menyadari makna dari ke-bhinnekaan di negeri ini, sudah barang tentu segala persoalan bisa diselesaikan dengan cara damai. Tak perlu lagi dengan menggunakan kekerasan atau menebar kebencian dengan mengangkat isu SARA.
Bukankah negeri ini didirikan dengan berazaskan Pancasila sebagai dasar negara? Bukankah setiap warga negara punya hak yang sama dalam berpolitik dan bernegara tanpa mempersoalkan suku, agama dan keturunannya?
Bila memang ada sebagian masyarakat yang menilai AHOK telah melanggar hukum, dalam hal ini terkait kasus penistaan agama, maka sebagai jalan penyelesaiannya adalah dengan menggunakan jalur hukum yang berlaku. Proses hukumpun sudah berjalan sebagaimana mestinya, bahkan AHOK telah menadatangi BARESKRIM POLRI untuk diperiksa terkait laporan terkait dugaan penistaan agama.
AHOK TAK MUNGKIN MENISTAKAN AGAMA
Terlepas dari itu semua, bila ingin mengetahui latar belakang AHOK, bahwa sesungguhnya AHOK telah sangat akrab dengan masyarakat muslim di daerahnya. Semasa kecil, AHOK berteman dan bermain dengan teman sebayanya yang muslim. Meski AHOK beragama Kristen Protestan, namun AHOK telah akrab dengan kehidupan Islami. Sebagai pemeluk agama Kristen yang taat, AHOK juga beribadah secara rutin di Gereja. AHOK tentu sangat menjunjung tinggi kedamaian antar umat beragama
Alasan lainnya adalah bahwa AHOK bukanlah manusia bodoh, dan justru sebaliknya AHOK memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Sebelumnya AHOK juga pernah menjadi pengusaha dibidang pertambangan di daerahnya Belitung Timur. Setelah itu AHOK masuk ke dunia politik dengan bergabung di partai politik, hingga terpilih menjadi Bupati Belitung Timur, yang hampir seluruh penduduknya adalah umat muslim. AHOK kemudian hijrah ke Jakarta untuk menjadi anggota DPR di komisi II.
Perjalanan karir AHOK terus menjulang dengan keberhasilannya menjadi Wakil Gubernur DKI dan menggantikan Jokowi sebagai Gubernur DKI. Dengan demikian AHOK tentu sangat menyadari bahwa sebagai pejabat daerah, harus senantiasa menjaga kerukunan antar umat beragama
Dalam menjalankan aktifitasnya sebagai Gubernur DKI, AHOK juga telah membuat kebijakan untuk membangun sarana ibadah bagi umat Islam, membantu masyarakat yang kekurangan dana dalam membangun masjid, memberangkatkan para pengurus masjid untuk melaksakan ibadah Umroh, AHOK juga membantu menyumbang uang kepada warga yang membutuhkan tanpa memandang agamanya dan masih banyak kebijakan AHOK terkait umat muslim.
AHOK bahkan marah, bila ada pejabat di lingkungan PemProv DKI yang sembarangan membongkar masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya. AHOK selalu berpikir untuk mencari alternatif pengganti, bila terpaksa membongkar tempat ibadah karena menempati lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukannya. AHOK setiap tahun juga ikut menyumbang dana infaq dan hewan kurban.
Bukti lainnya bahwa AHOK menghormati umat Islam adalah dengan tidak membongkar masjid Luar Batang. Sebab selain sebagai tempat ibadah, masjid tersebut adlah memiliki nilai hiostoris yang perlu dijaga kelestarianya.
Dari paparan diatas, sungguh hal yang tak masuk akal bila AHOK dengan sengaja menistakan agama, apalagi AHOK sedang dicalonkan kembali menjadi Gubernur DKI untuk periode yang kedua.
Dengan demikian, sebagian warga yang tetap ngotot untuk memenjarakan AHOK karena telah menistakan agama, patut dipertanyakan itikad dan motivasinya.
Bisa jadi ini adalah susatu kesempatan yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu antara lain yang tidak suka dengan karakter dan kebijakan AHOK untuk memperbaiki Jakarta, khusunya dalam memberantas korupsi. Bisa saja dari pihak lawan politik AHOK yang menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan AHOK agar kalah dalam Pilkada nanti. Atau ada pihak yang memang memendam kebencian terhadap warga keturunan Tionghoa (rasisme) dan tak mau melihat pejabat dari keturunan Cina (Tionghoa).
Bicara soal rasisme itu seperti kembali lagi ke masa silam, dimana orang belum banyak memahami makna dari sebuah perbedaan. Mungkin mereka telah lupa atau memang tak peduli lagi dengan azas Pancasila, dan menggunakan hukum agama sebagai ukurannya.
Sekali lagi, negeri ini sedang diuji. Sejauh mana kita semua bisa menjaga konsistensi terhadap konsensus bersama, dimana seluruh warga negara harus bersedia menerima berbagai perbadaan yang ada.
Penulis : Dioni Bastian
Manusia itu bukan makhluk yg sempurna, past ada kekhilafan dan keslahan, Allah telah menciptkan sesuatu didunia ini berbeda2..kalu menolak perbedaan bukannya kita termasuk orng yg kufur..!..Negara kita Negara hukum, negara yg berazaskan pancasila…Damailah Negeriku..Jgn peenah diadu domba yg nantinya merugikan kita semua
Sudahlah.. MUI juga tidak sembarang
Menuduh ahok menistakan agama tanpa kajian yg mendalam. Terbukti ahok duduk
Sebagai terdakwa di pengadilan. Syukur ahok hidup di bumi indonesia. Jika di arab sudah dipastikan tinggal nama tu ahok. Makanya,”mulutmu harimaumu”