AHOK yang Bajingan

ahok yang bajingan

MYAHOK.COM-Ahok yang ‘bajingan’ lebih cocok di Jakarta ketimbang Risma yang santun. Sebagaimana Sutiyoso berulang kali mengatakan bahwa Jakarta adalah kota buas yang dipenuhi binatang buas, maka butuh sosok yang memiliki kebuasan super untuk menangani ibu kota.

Bahkan Letnan Jenderal Sutiyoso pun yang menjabat Gubernur DKI selama sepuluh tahun, tidak mampu membenahi kota Jakarta dari preman liar, PKL liar, pemukiman liar, begal APBD, korupsi berjamaah dan seterusnya.

Hal yang sama terjadi di jaman Fauzi Bowo, jebolan Doktor lulusan Jerman, juga tidak berdaya membenahi kota Jakarta yang dikendalikan FPI jaman itu. Baik Sutiyoso dan Fauzi Bowo dalam lima belas tahun terakhir, terpaksa melakukan politik win-win solution plus politik damai untuk mengakomodasi berbagai kepentingan berbagai pihak di Jakarta.

Lalu mengapa sosok jenderal sekaliber Sutiyoso dan Doktor Fauzi Bowo (Foke) gagal membenahi Jakarta di jamannya? Jawabannya terletak pada tingkat kegilaan dan kebajingan mereka. Sutiyoso dan Foke jelas tidak memiliki kegilaan yang dimiliki Ahok. Ahok yang lulusan lokal dan double minoritas memiliki tingkat kegilaan dan ‘kebajingan’ super dalam membenani Jakarta. Dan itulah yang dibutuhkan di Jakarta, sebuah kegilaan super.

Mengapa? Di Jakarta, tempat berkumpulnya mantan jenderal, mantan menteri, ketua partai, para poitisi busuk, para konglamerat kaya semacam Aguan, pada Bandar Narkoba yang juga melibatkan oknum polisi dan TNI (tulisan Haris Azhar), para ketua lembaga dan institusi, peradilan dan lembaga audit semacam BPK. Kepentingan-kepentingan raksasa bercampur-baur di Jakarta.

Kasus-kasus di jaman Ahok seperti anggaran fiktif 12 triliun, bus transjakarta yang berkarat, pembelian lahan sendiri di Cengkareng, suap reklamasi, rekayasa kasus Sumber Waras, adalah contoh-contoh kebuasan peta politik dan korupsi di Jakarta. Risma benar. Ia pemimpin bagus, santun dan elegan. Namun di Jakarta, kesantunan akan tenggelam di tengah kebuasan Jakarta.

Ketika Risma di Surabaya digoyang oleh DPRD, Risma pun terpaksa berderai air matanya. Lewat sebuah televisi swasta kala itu, Risma curhat sambil meneteskan air mata bahwa dia sudah tidak sanggup menahan tekanan sebagai wali kota dan berencana mundur dari posisinya. Dan kalau bukan karena dukungan masif rakyat Surabaya dan campur tangannya Mega, nasib Risma di Surabaya mungkin kini tinggal cerita.

Sumber : Akun Facebook Maria Manurung

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

6 Komentar

    1. Lo tinggal di Jkt atw sdg mimpi mauke Jkt, klu lo tinggal Jkt berarti lo tidur atw ngeboat jadi tdk pernah liat sikon dan perubahan?

  1. Hanya orang yang memang tidak senang dengan kebersihan dan kejujuran yang gak suka Ahok. Maunya orang yang bisa toleransi bahkan memberi peluang utk hidup gak jujur yg malah didukung. Biasa… biar kejahatan tdk kentara.