MYAHOK.COM – Ada orang yang namanya Pandji Pragiwaksono. Kalau dibaca dari biografinya, dia lebih layak disebut sebagai pekerja seni. Tapi sekarang mencoba keberuntungan di bidang politik. Dia jelas seorang pendukung fanatik dari pasangan Anies Sandi.
Sebelumnya, saya sama sekali tak peduli terhadap siapapun yang didukungnya, tapi ketika saya membaca artikelnya yang berjudul “BIKIN GAMPANG” sehingga membuat saya ingin menulis ini.
Di dalam artikel itu, dia lebih banyak bermain pada argumen yang sifatnya subyektif. Dia mencoba merekonstruksi fakta yang seolah itu dipakai sebagai ukuran untuk menilai kapasitas seorang Gubernur DKI.
Pertama dia membawa-bawa nama mantan pejabat KPK yaitu : Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, Chandra Hamzah, Taufiequrachman Ruki, Busyro Muqoddas.
Memang semua orang juga tau bahwa mereka itu semua adalah mantan petinggi KPK. Lalu apa kaitannya dengan konsistensi AHOK sebagai pejabat anti Korupsi?
Apakah jika nama2 tersebut mendukung Anies-Sandi lalu dengan serta merta sebagai kesimpulan bahwa Anies-Sandi adalah anti korupsi dan AHOK-DJAROT adalah koruptor?
Dangkal sekali cara berpikirnya, apalagi dia menyatakan dalam bentuk pertanyaan, “Jika kelima mantan petinggi KPK itu tidak mendukung AHOK, Ada masalah apa dengan Pak Basuki?”
Ini adalah semacam upaya untuk menggiring opini pembaca, agar menyimpulkan bahwa kelima orang mantan petinggi KPK
mencurigai AHOK telah melakukan tindakan korupsi sehingga mereka tidak mau mendukungnya? Sungguh ini suatu cara yang tidak mendidik dan terkesan membodohi orang lain.
Selanjutnya dia membawa lagi 3 nama, yaitu Sudirman Said, Hamdan Zoelva dan Faisal Basri. Diapun mengaku kenal dekat bahkan sangat akrab dengan Faisal Basri.
Lalu apa kaitannya dengan kredibilitas AHOK yang dikait-kaitkan dengan ketiga nama itu? Pandji sama sekali tak menyinggung pernyataan apapun dari ketiga mantan pejabat itu. Lalu bagaimana itu bisa dikait-kaitkan?
Mungkin dia menilai bahwa ketiganya adalah orang-orang hebat yang pernah menjabat di dalam birokrasi, yang sekarang mendukung Anies-Sandi. Mengapa mereka tidak mendukung AHOK-DJAROT? Lagi-lagi Pandji ingin menggiring opini pembaca dan mengambil kesimpulan bahwa jika ketiganya orang-orang hebat saja memilih mendukung Anies-Sandi, maka berarti AHOK-DJAROT dianggapnya kalah hebat dengan Anies-Sandi. Aneh sekali cara berpikirnya bukan?
Dalam artikel tersebut dia juga menyertakan beberapa kasus hukum yang menyangkut kebijakan PemProv DKI antara lain proyek reklamasi Pantai Utara Jakarta, yang mana seringkali kalah dalam persidangan. Juga pendapat dari beberapa pihak yang tidak setuju dengan proyek Reklamasi.
Pandji hanya membuat ukuran dan mencari kesimpulan sendiri demi satu tujuan agar publik menilai bahwa terkait proyek Reklamasi AHOK hanya membela kepentingan para pengembang dengan mengorbankan rakyat kecil semata.
Menurut saya, artikel yang ditulisnya tersebut sebatas menyampaikan pandangan secara subyektif semata dan sama sekali tak berimbang dalam memberi penilaian.
Dia sama sekali tak menyinggung hasil kerja apa saja yang telah direalisasikan oleh AHOK-DJAROT sebagai pimpinan di dalam Pemerintahan Daerah di Jakarta.
Dia bahkan lupa atau pura-pura tidak ingat, bahwa pertanyaan terbesar justru terletak pada Anies sendiri, yaitu mengapa Presiden Jokowi sampai memberhentikannya dari Menteri sebelum habis masa baktinya? Jika tak ada masalah serius, mengapa Presiden Jokowi harus memecatnya?