Suatu perkataan atau pernyataan yang diucapkan oleh seseorang, sepintas tampaknya benar, tetapi sesungguhnya belum tentu. Apalagi yang mengucapkan adalah orang-orang yang sedang berpolitik.
Berpolitik itu sejatinya hanyalah perbuatan untuk meyakinkan orang lain agar percaya dengan apa yang diucapkannya dengan tujuan tertentu dan bukan atas nama kebenaran.
Oleh sebab itu, bila ada politikus yang memberi pertanyaan yang berani atau bahkan tampak konyol, itu hanya untuk meyakinkan orang bahwa dirinya adalah orang yang tidak bersalah atau hanya ingin agar orang lain mengikuti apa yang dia inginkan.
Sebagaimana contoh pernyataan dari Anas Urbaningrum, Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, “Gantung saya di Monas, bila saya melakukan korupsi !.”
Ini adalah contoh sebuah pernyataan politik. Pernyataan seperti ini dilontarkan oleh seseorang dengan tujuan agar orang lain yakin bahwa dirinya tidak melakukan korupsi.
Tapi kenyataannya apa yang terjadi kemudian? Anas Urbaningrum akhirnya masuk penjara setelah divonis Hakim telah melakukan perbuatan korupsi. Apakah kemudian Ahok digantung di Monas? Sama sekali tidak.
Jadi sesungguhnya pernyataan politik itu hanya sebatas sesumbar saja, dan tak lebih dari omong kosong. Disisi lain, pernyataan seperti itu juga tidak bisa dituntut secara hukum. Hukum mana di Indonesia yang menerapkan hukuman gantung? Dilakukan di Monas lagi. Sungguh, itu pernyataan yang paling konyol dan sekadar membodohi rakyat saja.
Terkait dengan pernyataan politik yang konyol lainnya juga telah dinyatakan oleh Ketua DPP Gerindra Habiburokhman baru-baru ini, terkait dengan pengumpulan KTP untuk mendukung Ahok melalui jalur Indpenden. Berikut ini pernyataan Ybs. melalui Akun Twitternya :
“Saya berani terjun bebas dari Puncak Monas kalau KTP dukung Ahok beneran cukup untuk nyalon #KTPdukungAhokcumaomdo???”
Ini juga jelas pernyataan politik semata. Apa yang dikatakannya itu tak ada yang bisa menuntutnya, sebab dia juga tidak sedang berjanji kepada siapapun. Jadi ybs. hanya sebatas ngomong, dengan tujuan agar orang tidak yakin bahwa Ahok bisa diusung oleh jalur Independen.
Ada juga contoh lainnya yaitu ketika Ahmad Dhani yang bersedia memotong ‘burung’nya bila Jokowi berhasil jadi Presiden. Tapi setelah Jokowi benar-benar menjadi Presiden, seolah apa yang dikatakan oleh AD tersebut tak lebih seperti perkataan orang yang sedang mengigau.
Masih banyak contoh-contoh lain dan dapat saya pastikan bahwa bila ada seorang politikus sedang memberi pernyataan, apalagi dia sedang berada pada pihak oposisi (lawan dari pemerintah), maka semua pernyataannya itu sebatas ‘ngomong doang‘ dan sama sekali tak bisa diandalkan kebenarannya.
Itulah politik. Apa yang dibicarakan, bukan atas nama kebenaran tapi bertujuan untuk memperoleh dukungan dari orang lain.
Oleh sebab itu, jangan menelan mentah-mentah apa yang diucapkan oleh politikus dan juga tak usah menuntutnya. Sebab dia berbicara dalam kapasitasnya sebagai politikus. Sangat berbeda dengan pernyataan Hakim, ketika memberi putusan, yang bertindak atas nama hukum dan kebenaran. Namun demikian diluar kedinasan, ada pula hakim yang bermain politik.
Memang tidak semua politikus yang memberi pernyataan konyol seperti diatas. Oleh sebab itu bila ada politikus yang suka memberi pernyataan konyol dan sebatas sesumbar saja, maka jangan pernah percaya dengan apa yang dikatakannya dan juga jangan pernah mendukung partainya.
Pilihlah partai politik yang memiliki kader yang bertanggung-jawab dengan setiap pernyataan politiknya. Jangan hanya percaya dengan janji-janji manis, yang tak pernah ada jaminan untuk merealisasikannya.
#donibastian