Christianto Wibisono : AHOK adalah Pengobrak-Abrik Kebiasaan Politik dan Pemerintahan

Christanto-Wibisono

Ada sebuah tulisan yang sempat beredar dengan nama penulis Christiant0 Wibisono. Namun belakangan ybs. telah memberi klarifikasi bahwa dia hanya sebatas mem-forward saja tulisan itu. Namun demikian tak perlu lagi dipermasalahkan siapa penulisnya, sebab yang patut disimak adalah poin-poin penting yang ada di dalamnya.

Berikut ini tulisan yang sempat menghebohkan itu, “Balada The Lone Ranger A Hok”..

Di tangan Ahok semua tradisi dirobek-robek. Jika selama ini seorang gubernur menyembah para DPRD, gubernur Ahok membanting DPRD ke dasar jurang. DPRD yang memang sudah menjadi sarang maling, berteriak lantang menyemprit Ahok. Tetapi Ahok lebih galak, ia meneriaki mereka lebih lantang, hingga semuanya menekuk ekor tak berkutik, bagai kucing ketakutan di pojok ruangan.

Di era Ahok, DPRD bak barang pajangan, sibuk mengkritik dan hanya makan gaji buta, sementara hasil kerja mereka nol besar. Jika seorang pejabat selama ini harus menjadi contoh bagi publik bagaimana berperilaku santun, berkata lembut, sopan, bertutur kata ajaib, bermanis-manis dengan para koruptor dan penjarah tanah negara, uang negara dan hak orang lain, Ahok malah sebaliknya. Ia berkata kasar, menghantam, memaki para koruptor dan menghina mereka bagai manusia tak beradab. Seolah Ahok tidak peduli dijuluki manusia kasar, sombong dan pongah. Ia tetap menunjukkan karakternya sebagai seorang perobek tradisi.

Ketika gubernur sebelumnya berdamai dengan preman, mafia, ormas sangar dan para pejabat rakus terkait dengan lahan negara, Ahok sebaliknya. Ia merobek tradisi itu. Ia melawan para para ‘tikus-tikus’ itu dengan semangat heroik luar biasa. Jika para preman ingin membunuhnya dengan anak panah di Kalijodo, Ahok malah lebih galak mengancam. Ia menyerang preman dengan tank berteknologi laser. Hasilnya, para preman itu lari tunggang langgang sambil terkencing-kencing ketakutan.

Menjelang Pilkada, biasanya seorang incumbent bermanis-manis kepada rakyat dan kepada para bawahannya, tetapi Ahok malah sebaliknya. Ia semakin galak memaki, menggusur, mengomel dan memecat bawahannya. Ahok tetap seperti aslinya, original dan apa adanya. Ia tidak meniru para calon gubernur lainnya yang tiba-tiba pergi ke pasar pakai baju micky mouse, hadir di tengah kampung pelacuran, makan nasi akik dan makan di warteg. Jika selama ini partai sok berkuasa, sombong, minta ini-itu dari calon kepala daerah, Ahok malah membuang mereka bagai sampah.

Partai tak berguna, menjadi beban negara, terlalu lamban bergerak, berlindung di balik jargon demokrasi. Jika partai mencoba mencekram Ahok, sebaliknya Ahok mencekik leher mereka tanpa ampun hingga berteriak histeris mengumbar deparpolisasi, delegitimasi partai. Ahok dengan gagah berani maju sendirian lewat jalur maut penuh resiko tinggi, jalur independen.

Berhadapan dengan ketua partai sekelas Megawati, para calon kepala daerah mengumbar rayuan maut, datang menyembah dan bersujud kepada si Mbok yang sudah bergerak lamban dan terlihat bosan merengkuh kekuasaan. Tetapi Ahok lain. Ia datang dengan kepala tegak, ia menatap dengan tajam mata Megawati lalu memberinya ancaman: Restui Djarot atau kita pisah dan saya berjuang sendiri. Anda punya waktu satu minggu. Lalu ia pergi diiringi lototan keraguan Megawati yang terbentur dengan mekanisme dan tata krama partainya.

Ketika datang di hadapan Mega, Ahok terlihat merobek tradisi: “jangan pernah manyakiti Mega, ia tidak pernah memaafkan anda”. Tetapi Ahok tidak peduli kepada Megawati dengan dendam kesumatnya. Ahok tidak belajar kepada mantan Presiden SBY yang menjadi korban dendam Megawati. Sejak 2004 lalu saat keduanya berseteru, Megawati tidak pernah mau bicara langsung kepada SBY. Ia masih dendam karena SBY melengserkan dirinya sebagai presiden. Padahal SBY adalah hanya menteri yang diangkatnya. Sakitnya tuh di sini.

Ahok juga tidak belajar ketika Jokowi yang sudah menjadi Presiden sekalipun, Mega harus tetap disembah. Ketika Jokowi tidak melakukannya, Mega membanting Jokowi dengan menyebutnya hanya petugas partai. Ia lalu menjegal Jokowi untuk tidak mengucapkan sebuah pidato di kongres PDIP beberapa waktu lalu. Belakangan diketahui, itulah konsep sebuah pidato seorang Presiden RI yang tidak pernah diucapkan. Sadisnya. Tetapi Ahok tidak takut, ia menantang Megawati. Gue adalah seorang pejuang, bukan seorang penjilat.

Jika para kepala daerah selama ini takut dipanggil oleh komisi III DPR Senayan dan tidak berani beragumentasi melawan mereka di depan publik, Ahok sebaliknya. Ketika Ahok tahu bahwa para anggota DPR Senayan mulai bermain politik dan mencari-cari alasan untuk memanggilnya terkait Kalijodo, prostitusi di Hotel Alexis dan seterusnya, Ahok malah lebih galak dari mereka. Jika mereka bagai ‘anjing yang menggonggong’ Ahok bertindak bagai ‘singa yang mengaum’. Ahok skak dan memanggil mereka sebagai anggota DPR baru yang ‘belagu’ tak tahu prosedur dan mekanisme kerja mereka. Jadilah anggota DPR Senayan ribut luar biasa karena tersinggung. Lalu merekapun tidak fokus bekerja dan tidak menghasilkan apapun di DPR sana.

Jika seorang politisi datang menyembah Karni Ilyas di ILC TV One agar tidak menyudutkannya, malah Ahok sebaliknya, ia tidak menghadirinya. Ahok seolah membiarkan Karny Ilyas berimprovisasi dengan bebas mengundang nara sumber yang itu-itu saja seperti Ratna Sarumpaet, dan terus ngomong bebas tanpa ada yang membantah. Ahok seolah mengajari publik silahkan tonton lelucon di TV One sebebasnya sambil menyaksikan kemenangan semu mereka .

Ahok seolah membiarkan orang-orang di sana memaki dirinya dan temannya agar semua terbuka kepada publik siapa orang-orang pengecut yang hanya ngomong doang dan pintar mengkritik tanpa kerja sama sekali. Biarkan mereka puas menghadirkan pengadilan TV One yang memang beda, punya ciri khas kedunguannya sendiri. Ketika Ahok merobek-robek semua tradisi yang sudah ada, semua menjadi ribut, semua kebakaran jenggot. Benar, robekan tradisi yang dilakukan Ahok, tiba-tiba menimbulkan efek dahsyat luar biasa.

Para politisi ribut tersinggung, para pemilik partai merasa dicampakkan, para pejabat seolah-olah disemprot dengan air panas, para pengamat merasa disepelekan. Lalu mereka satu suara, bagaikan koor bersuara bass, tenor, alto, baritone, sopran, lengserkan Ahok, lawan Ahok dengan cara apapun. Akan tetapi Ahok adalah pejuang anak bangsa yang hanya sedikit di republik ini. Ia adalah termasuk manusia langka yang hidup di zamannya. Ia tidak takut resiko, ia maju terus sampai akhir hayatnya. Ia siap menang, siap kalah. Ia siap dicampakkan oleh bangsanya sendiri. Namun tidak menyerah. Ia terus mati-matian berada pada rel kebenaran, kejujuran dan intgritas tinggi. Ia maju ke depan menentang bangsanya yang bermental korup, bermental penjajah bagi rakyat, bermental hedonis, konsumeris dan materialis.

Lewat karakter petarungnya, Ahok membakar semangat teman-temannya yang peduli dengan perjuangannya, idealismenya dan mimpinya menjadikan negeri ini maju setara dengan bangsa lain. Ia terus memantik api roh teman Ahok agar dengan gigih berjuang tanpa bayaran, tanpa imbalan untuk merevolusi bangsa ini. Selamat berjuang Ahok dan teman Ahok, anda didukung oleh anak-anak muda pecinta kebenaran dan keadilan di negeri ini. #‎Pembakar Sprit Perjuangan..!

***

Catatan :

Christianto Wibisono – Founder Chairman Pusat Data Bisnis Indonesia, pernah menulis kata pengantar pada buku tentang AHOK yang berjudul ” MERUBAH INDONESIA”

merubah indonesia

Versi PDFnya bisa download disini

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

10 Komentar

  1. Walaupun aku jauh dirantau,kebanggaan kU dan Terimakasih kU kepada Tuhan luar biasa,dengan adanya ANAK BANGSA seperti AHOK, yg mejelamatkan rakyat Indonesia dan negara,yg di kolonisasi oleh para KORUPTOR bangsa dan negara sendiri!

  2. Tetap semangat pantang menyerah demi membela kebenaran bravo pak ahok nama mu selalu ku ingat sampai cucu ku

  3. Itulah pejuang kebenaran yang seharusnya menjadi panutan bagi banyak pejabat di negara tercinta ini. Tidak pandang bulu siapa yang korup harus dilawan demi penegakan kebenaran dan kejujuran. Selamat berjuang, masyarakat yang merindukan kejujuran dan menegakkan kebenaran, ada dibelakang Pak Ahok!.

  4. Ahok adalah pejuang sejati, tidak takut mati apalagi hilang jabatan. Harusnya beliau sibuk dengan pencitraan karena Pilgub sudah di depan mata. Tp Ahok tidak peduli dengan pencitraan. Belum ada pejabat seperti Ahok. Untuk itu ” wahai pejabat negara, beranikah Anda bersikap seperti Ahok?

  5. Meskipun sy bukan orang jakarta tp sdh ada org yg berani mendobrak tradisi pemimpin yg tdk melihat kepentingan rakyatnya pada hal mereka dipilih oleh rakyat,semoga partai politik menyadari dan berjiwa besar utk menerima kenyataan sekarang ini utk menyiapkan pemimpin yg benar benar membela kepentingan rakyat dan belajar dari pengalaman pilkada,pilpres lihatlaj apa yg terjadi jaman sekarang ini rakyat itu memilih pigur dan partai belum tentu menjamin kemenangan dlm siati kompetisi rakyat makon cerdas mereka mau melihat bukti bukam kanjiï

  6. Berat perjuangan Ahok cuma sendirian harus melawan gerombolan koruptor2. Untung Presiden nya Jokowi yg jelas searah sama Ahok. Mudah2an mereka berdua berhasil merubah peradaban korupsi di Indonesia supaya Indonesia bisa menjadi negara maju

  7. Ahok adalah pemimpin fenomenal yg beda dng pjbat/pemimpin yg ada selama ini . Bgm sikapnya thd dominasi perekonomian indonesia yg dikuasai oleh konglomerat2 cina indonesia , seiring dng neoliberalisasi ekonomi global .Apkh Ahok pro atau kontra thd dominasi ekonomi indonesia oleh taipan2 etniknya dws ini ?

  8. Dulu saya pikir ahok itu pemimpin yg jujur, berani, bersih, transparan, profesional, independen. Tapi itu dulu…sebelum tau ‘wajah’ aslinya.

  9. sekarang ahok lah yang kebanting ke dasar lobang jamban…. hahaha…. minoritas aja belagu berani2 menghina dan menginjak injak kaum muslim, emang kalian siapa, jangan terlalu pede…. hahaha lain kali kalau mau mimpi bobo dulu ya