“Kinerja Ahok, saya kasih sejuta Jempol” Prasetyo Edi Marsudi Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019
Selama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memimpin DKI Jakarta, hubungan antara kami di legislatif dan eksekutif begitu dinamis. Saya sebagai Ketua DPRD DKI Jakarta berusaha menjadi penengah di saat hubungan memanas.
Istilah saya, kuping Pak Ahok ini tipis. Gampang dan sangat terbuka menerima masukan, sehingga kadang jika ada satu masalah atau perbedaan yang dianggap tidak langsung dikomunikasikan dengan kami di DPRD RI, Pak Ahok langsung meledak–ledak. Masalah atau miskomunikasi bisa soal pembahasan Peraturan Daerah (Perda), soal budgeting, dan lain–lain.
Sebenarnya, kita sebagai anggota dewan melihat program–program yang dikerjakan dan dilakukan Pak Ahok itu baik sekali. Namun, komunikasi juga harus terjalin baik dengan kami di legislatif. Tidak semua anggota dewan bermain curang. Ini yang kadang saya protes ke Pak Ahok: “Gunakanlah istilah oknum. Karena yang macam–macam ya oknum–oknum tersebut. Kasihan anggota dewan yang tulus bekerja.”
Bicara soal “macam–macam” atau kecurangan yang dilakukan oknum di DPRD DKI Jakarta bisa jadi salah satu alasannya karena jumlah operasional yang sangat jauh berbeda antara legislatif dan eksekutif. Saat itu, pendapatan yang diterima anggota DPRD (legislatif) jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan pendapatan yang diterima oleh PNS (eksekutif), terlebih PNS di lingkungan Pemprov DKI Jakarta yang mendapatkan tunjangan yang besar.
Namun soal ini, termasuk implementasi PP 18 (PP No. 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Hak Administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) cepat dibereskan pada masa kepemimpinan Jokowi–Ahok–Djarot.
“Lu jangan lari dari tanggung jawab. Lihat gue nih.” Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Saya suka dengan cara kerja Pak Ahok. Yang kurang berkenan adalah gaya bicaranya. Cara bicaranya kadang tidak bisa diterima oleh beberapa kawan di DPRD DKI Jakarta. Mungkin juga untuk sebagian masyarakat kita. Ini tugas saya untuk mengimbangi, ngademin, ngobrolin ke anggota dewan lain agar tidak ada keributan hingga Ahok selesai masa tugasnya.
Pak Ahok membuktikan bahwa dia memang bekerja dan ada bukti hasil kerjanya. Saya sangat mendukung pembahasan anggaran secara terbuka. Kenapa? Biar tidak lagi muncul istilah “main belakang” atau “anggaran siluman“.
Hasil kinerja Ahok seperti adanya ikon baru di Jakarta, yaitu Simpang Susun Semanggi. Banyak terobosan hebat yang dilakukan Pak Ahok. Seperti cara membangun Simpang Susun Semanggi tersebut, saya kasih sejuta jempol!
Menurut saya, Ahok adalah manusia yang dikirim oleh Yang di Atas. Dia minoritas tapi justru memberikan contoh kepada mayoritas. “Lu jangan lari dari tanggung jawab. Lihat gue nih.” Itulah hebatnya Pak Ahok. Masalah dia hadapi, bukan lari keluar negeri.
Cara atau pola komunikasi dia memang berbeda. Namun sejujurnya, Ahok adalah pemimpin yang dekat dengan masyarakat. Yang dia kerjakan sebagai gubernur DKI Jakarta, itulah yang dia realisasikan. Cara dia bekerja memberikan instruksi atau memantau wilayah juga sangat simple dengan menggunakan teknologi.
Jadi, alur kerja tidak lagi dilakukan secara baku dengan surat menyurat. Teknologi yang dikembangkan Ahok di DKI Jakarta sukses mendekatkan warga dengan pimpinannya. Pembangunan Jakarta pun merata hampir di semua wilayah.
Prasetyo Edi Marsudi, SH
Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019
Sumber : Buku ‘Kebijakan AHOK’ Halaman 27 – 29