Terus terang aku suka dengan karakter dia. Biarpun dia seorang yang temperamental dan kadang berbicara kotor ketika marah, tapi aku tahu hatinya baik, bersih, jujur dan tulus bekerja untuk kepentingan warga Jakarta. Sejujurnya kalau aku boleh milih, aku ingin dia lagi sebagai orang yang bisa ku percaya. Bila dia jadi wakilku, aku bisa tenang dalam bekerja, sebab dia selalu bisa menjaga amanah dan menjalankan apa yang akuinginkan.
Tak pernah sekalipun aku mendengar darinya yang mengajak untuk berbuat menyimpang, apalagi untuk mencuri uang rakyat. Justru sebaliknya, dia akan sangat marah bila ada orang yang mencoba mengakali anggaran demi keuntungan pribadi.
Aku juga bisa mengerti bahwa orang seperti dia banyak yang tidak suka, sebab seringkali keputusannya memecat orang, seolah dilakukan dengan kejam. Tapi ya mau bagaimana lagi. Korupsi di negeri ini sudah keterlaluan, dan melampaui batas. Tindakannya itu sesungguhnya adalah sebagai peringatan untuk yang lain, agar tidak lagi coba-coba korupsi dan meyalahgunakan wewenang.
Sebentar lagi tahun 2019 mau PilPres. Sejak dulu aku ingin sekali dia jadi wakilku. Tapi aku juga menyadari bila aku adalah petugas partai, yang kata orang, petugas partai musti nurut pada kebijakan partai.Makanya aku juga harus nurut dengan bu Ketua. Tapi bu Ketua kadang juga susah ditebak dia mau jalan kemana. Aku juga tak mau kelihatan memaksakan keinginanku memilih dia. Aku lebih baik diam, dan tak mau banyak ikut campur, termasuk dalam memilih Cagub DKI yang akan maju pada Pilkada 2017.
Aku tahu, dalam hati Bu Ketua suka sama dia, tapi karena dia itu kesannya sombong, maka bu Ketua juga jadi ragu. Padahal dia itu bukannya sombong, memang begitulah karakternya. Dia itu pemberani karena membela kebenaran. Mungkin karena keberaniannya itu, orang menilai dia sombong.
Untuk sementara aku diam saja, biar saja mereka mau milih siapa sebagai wacana. Tapi kalau sudah menit2 terakhir, bu Ketua tidak pilih dia, aku akan temui bu Ketua, untuk meyakinkan bahwa dialah yang terbaik.
Dia adalah orang baik yang patuh kepada atasan yang baik pula. Jangan sampai orang baik seperti dia, terlepas dan terbang sendiri. Nanti malah berbalik menyerang dan bisa sangat menganggu ketenanganku.
Aku tahu dia patuh kepadaku, karena aku juga tak mau berbuat macem-macem, karena aku ingin bekerja untuk rakyat saja. Untuk apa menimbun kekayaan berlimpah ruah tapi mencederai hati dan mengkhianati amanah rakyatku sendiri?
Jadi, apa boleh buat, kalau bu Ketua tetap nekad dengan pilihannya sendiri, nanti terakhir aku terpaksa mau bertanya kepada bu Ketua, “Masih butuh saya atau tidak?” Itu saja..