MS Kaban : PilGub DKI, Jangan Bawa-bawa SARA

MS-Kaban: jangan bawa-bawa SARA
MYAHOK.COM-Pemilihan Gubernur DKI itu kan berlandaskan kepada UU Khusus Ibukota, UU Khusus ibukota itu telah mengatur bagaimana tatacara pemilihan Gubernur. Yang pasti, pemilihan gubernur itu pada akhirnya adalah head to head. Kenapa? Karena syarat Gubernur DKI itu dipilih oleh 50% + 1 . Oleh karena itu siapapun yang mau maju calon Gubernur DKI, Jumlahnya mau berapa banyak, pasti akhirnya tinggal Head to head.

Tetapi alangkah baiknya kalau sejak awal calon-calon Gubernur itu adalah orang-orang yang memiliki kapasitas dan Integritas pribadi, yang memiliki keahlian untuk menata pembangunan DKI. DKI adalah kota Internasional yang dihuni oleh multi etnik, dengan demikian dinamika dan ke dinamikaan masyarakat DKI itu sangat tinggi.

Jadi DKI memiliki dinamika dari keanekaragaman etnis, jadi pemimpin DKI adalah pemimpin yang mampu memantainance, memanage keanekaragaman itu jadi sebuah kota yang menyenangkan bagi semuanya. Nah, itu tidak mudah..

Di dalam pemilihan Gubernur DKI yang akan datang, kita berharap seluruh pendukung-pendukung calon, kandidat untuk tidak masuk kedalam wilayah panas. Wilayah panas ini maksudnya wilayah yang dapat mengundang emosional yang tinggi. Misalnya membawa isu etnis. Jangan membawa isu etnis misalnya Melayu – Cina, karena biar bagaimana pun di Indonesia ini memang etnis itu beraneka ragam dan tidak ada orang yang mau lahir ke dunia ini sebagai etnis apa? dia lahir di dunia ini sudah memang etnis itu melekat pada dirinya. Justru kita bagaimana antar Etnis kita saling mengenal mendalam kultur yang dimiliki dan dapat menjadi memperkaya kekuatan budaya kita.

Sentuhan-sentuhan yang menjurus ke wilayah etnis itu perlu dihindarkan. Apalagi misalnya Ahok, ya memang dia etnis cina dan Ahok juga belum tentu mau lahir sebagai orang dari Etnis cina, iya kan? Tapi dia bangga sebagai orang Etnis Cina itu adalah hak dia dan kita harus hormati itu. Dan juga bukan karena dia cina kemudian kita membencinya. Jadi kita jangan masuk di wilayah yang seperti itu.

Kenapa? Karena setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk menjadi apa. menjadi Gubernur, menjadi Presiden, punya hak yang sama.

Begitu juga benturan-benturan hal-hal yang sifatnya keyakinan. Ya sudah pastilah seorang muslim itu dia memilih berdasarkan keyakinannya keimanannya itu tidak bisa dilarang. Karena keyakinan itu merupakan hal yang paling fundamental. Tokh, kita bernegara juga diakui, bahwa kita di Indonesia ini adalah orang-orang yang berTuhan, karena Negara berdasarkan pada KeTuhanan Yang Maha Esa. Jadi semua umat beragama itu dia mempertahankan keyakinannya, keimanannya itu adalah merupakan hal yang mendasar dan ketika mereka memilih siapapun menjadi pemimpinnya, dia bertolak dari keyakinannya itu juga sah-sah saja. tetapi yang kita inginkan adalah, Agama jangan dijadikan dasar benturan.

Misalnya karena Ahok itu Non Muslim, lalu dikatakan di beri istilah-istilah agama dengan bahasa-bahasa yang Vulgar, saya pikir itu tidak sehat. Tidak menjadikan sesuatu yang damai. Kita ingin pemilihan Gubernur ini pilih berdasarkan keyakinan sesuai dengan selera masing-masing, tetapi bukan digunakan untuk benturan-benturan, karena dengan aturan bahwa Calon Gubernur itu dapat disahkan apabila terpilih dengan 50% + 1 . Itu menunjukkan bahwa rakyat silahkanlah pilih menurut selera masing-masing sesuai dengan apa yang dia percayai. Kalau percaya milih orang itu karena kecerdasannya, silahkan pilih. Memilih karena orang itu piawai didalam membangun, boleh..

Tetapi itu tadi isu-isu yang berhubungan dan memancing suasana panas itu, itu perlu dihindarkan. Karena kita saya katakan tadi, penuh dengan dinamika keanekaragaman itu. Ini harus tetap terpelihara.

Jadi jangan sampai ada yang luka.. didalam pemilihan Gubernur DKI ini. Dan kemudian siapapun yang terpilih sesuai dengan hasil pemilihan, kita harus ikuti bersama, kita dukung secara konsisten, karena begitu dia terpilih, walaupun mungkin waktu mengusung itu kita berbeda, tapi begitu dia terpilih dia adalah Gubernur kita. Itu suasana yang perlu kita ciptakan.

Sekarang bagaimana sikap calon pemimpin?

Pemimpin yang baik itu pemimpin yang mendengar apa yang dirasakan oleh masyarakat, apa yang diinginkan oleh masyarakat. Kemudian pemimpin itu yang baik adalah bukan menyalahkan rakyatnya karena kesalahan itu semua ada pada pemimpin. Kesalahan itu bukan pada rakyat. Karena rakyat itu adalah cerminan pemimpinnya. Oleh karena itu pemimpin selalu mendengarkan apa yang diinginkan oleh rakyatnya tapi pemimpin juga harus mampu mengarahkan rakyatnya.

Pemimpin yang sering menyalah-nyalahkan bawahannya, pemimpin yang sering menyalahkan rakyatnya, berarti pemimpin itu pemimpin yang ingin mencuci tangan, tidak mau mengambil resiko. Padahal seorang pemimpin itu adalah syaratnya mau mengambil resiko. Itu yang harus kita pahami

Pemimpin itu memang harus siap tidak popular, siap dimarahi, siap dihujat yang penting dia melakukan sesuatu yang terbaik. Tetapi kalau dia selalu melimpahkan kesalahan itu pada orang lain, itu akan menimbulkan ketidakpuasan terus ditengah-tengah masyarakat.

Jadi saya melihat bahwa memang tidak ada pemimpin yang sempurna, tapi pemimpin itu dengan momentum yang dia miliki, dengan kewenangan yang dia punya, dia harus berikan pada masyarakat bisa saja hari ini tidak populer, tapi di masa depan orang akan menyanjungnya. Bisa saja hari ini dia disanjung-sanjung tapi dihari esoknya dia di caci maki dan dihujat sedemikian rupa, dan itu jauh lebih tidak menyenangkan…

Intinya, jangan bawa-bawa SARA..

Catatan :
Penulis adalah mantan Menteri Kehutanan pada era pemerintahan SBY dan Mantan Katua Partai Bulan Bintang.

MS KABAN jangan bawa-bawa SARA
Catatan :
Penulis adalah mantan Menteri Kehutanan pada era pemerintahan SBY dan Mantan Katua Partai Bulan Bintang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

1 Komentar