MYAHOK.COM-Sepanjang sejarah republik ini, baru kali ini ada Gubernur yang jadi sorotan publik, terlebih di dalam ranah politik. AHOK seakan tampil sebagai batu berlian langka yang jadi rebutan. Padahal AHOK bukanlah manusia sempurna. Meski past performance-nya sebagai pejabat dinilai baik dan bersih, namun AHOK juga punya sifat-sifat yang dinilai sebagian orang kasar, arogan dan tak pantas dilakukan.
Tapi apa boleh buat? Sebab yang dibutuhkan sekarang ini adalah pejabat yang bersih, bukan yang santun tapi dibelakang mencuri uang rakyat. Biarlah AHOK bersikap kasar namun niatnya baik demi membangun negeri ini.
Sementara ini AHOK ‘dimiliki’ oleh rakyat khususnya warga Jakarta sehubungan AHOK telah membuat komitmen agar terus berpihak pada jalur Independen. Apalagi proses pengumpulan KTP sudah lebih dari sejuta sesuai target yang diminta AHOK. AHOK-pun semakin yakin bahwa ‘Teman Ahok’ memang telah menunjukkan keseriusan dalam mengusungnya sebagai CaGub DKI pada Pilkada tahun depan.
Sejak awal ketika AHOK lebih memilih Jalur Independen, semua Partai Politik merasa dikesampingkan. Bahkan ada yang menilai AHOK dan Teman Ahok adalah penganut paham deparpolisasi.
Apapun yang dituduhkan kepada AHOK dan Teman Ahok itu, sesungguhnya hanyalah sebagai pelampiasan kecemburuan ParPol saja, dan sebagai wujud ketidakpercayaan publik kepada kinerja Partai Politik.
Fenomena ini tentu terjadi bukan karena peristiwa sesaat saja yaitu dengan hadirnya AHOK sebagai Gubernur DKI, namun publik terlanjur muak dengan moral para politikus busuk, yang tak lagi berpihak kepada kepentingan rakyat yang diwakilinya. Meski didepan mereka selalu saja menyatakan bahwa segala kebijakan partai tentu untuk kepentingan masyarakat, namun kenyataannya tidak didukung oleh fakta, yang mana begitu banyak kader-kader partai yang mengkhianati amanat rakyat dengan melakukan korupsi berjamaah.
Bagaimana rakyat tidak kesal dan marah, bila wakil-wakilnya yang duduk di kursi anggota dewan maupun yang berpredikat sebagai kader partai, yang seharusnya melindungi keuangan negara, tapi malah berbuat sebaliknya yaitu makin menambah panjang daftar koruptor yang tertangkap tangan oleh KPK maupun yang diputus pengadilan sebagai terdakwa kasus korupsi.
Tapi yang namanya partai politik, tak ada istilah mundur meski selangkahpun. Ibarat sekujur badannya sudah terlumuri noda dan kotoran yang berbau menyengat, mereka tetap saja mencari peluang untuk membersihkan diri.
Peluang untuk membersihkan diri kemudian muncul, justru ketika AHOK diusung melalui jalur independen. Para politikus menangkap sinyal bahwa AHOK sedang menjadi pejabat idola masa kini. Tentu kesempatan tak pernah mereka sia-siakan. Meski tak bisa lagi mengusung, cukuplah dengan mendukung.
Partai Politik manapun yang mendukung AHOK, tentu akan dinilai publik sebagai Partai yang memihak kepada kepentingan rakyat. Dan sebaliknya, bila ParPol tidak mendukung atau bahkan mengusung calon lain, maka akan dianggap sebagai musuh rakyat. Meski ini hanyalah persepsi sepintas dari masyarakat sebagai cerminan kebencian rakyat kepada ParPol yang punya kader busuk pelaku korupsi, namun tak perlu dicari-cari alasan untuk menuduh rakyat tidak demokratis. Sebaliknya justru sebagai introspeksi bagi ParPol untuk memperbaiki moralitas para kadernya.
Popularitas AHOK dimata publik, tentu bisa saja dimanfaatkan untuk menaikkan popularitas Partai Politik, demi meraih dukungan pada pemilu yang tak lama lagi akan digelar. Inilah saat saat yang sangat penting bagi Partai Politik, dimana ada kesempatan untuk membersihkan diri dengan cara ikut-ikutan mendukung AHOK sebagai Gubernur DKI.
Bila sebelumnya, seorang yang didukung atau diusung oleh ParPol berasal dari komitmen intern, maka AHOK merubah kebiasan yang selama ini berjalan. AHOK telah memutar-balik kondisi yang selama ini ada, yaitu bila ParPol ingin memperoleh dukungan rakyat, maka harus mengikuti kehendak rakyatnya.
Bila sudah demikian kondisinya, sudah pasti AHOK tidak akan mau dikendalikan oleh Partai Politik. Apalagi AHOK dikenal sebagai pejabat yang sangat konsisten membela kebenaran dan melindungi kepentingan rakyat. Lalu untuk apa ParPol mendukung AHOK, bila AHOK tak akan mau tunduk pada kebijakan Partai yang tidak selaras dengan prinsipnya sendiri? Ibarat kata, tanpa ParPol-pun, AHOK masih bisa maju sebagai CaGub DKI dengan melalui jalur Independen.
Mungkin yang menjadi kendala ketika AHOK sudah berhasil terpilih kembali sebagai pejabat eksekutip, yang tentu juga terkait dengan pihak legislatip dalam hal ini terdiri dari para petugas partai. Sepanjang pihak legislatif punya moral yang baik dalam membangun negeri ini, tentu tak akan ada masalah, sebab telah sejalan dengan prinsip AHOK yaitu bagaimana secara bersama-sama membangun negeri ini.
Pertengkaran antara pihak legilatif dan ekeskutip bisa saja terjadi, namun tentu dapat diseleseaikan dengan baik, bila keduanya menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan hati yang bersih.
Inilah saatnya wajah negeri ini akan berubah. AHOK seakan tampil sebagai motor utama untuk menggerakkan semangat anti korupsi sebagai modal dasar untuk mewujudkan keadilan sosial.
AHOK membuat admosfir yang berbeda dari biasanya. Siapapun yang tidak mau bersikap bersih atau masih nekad ingin berbuat korupsi, tentu tak akan bisa bernafas lebih lama. Tapi AHOK tentu tak bisa berjuang sendiri. Budaya KKN yang sudah mengakar selama bertahun-tahun, akan melahirkan orang-orang yang berusaha menghentikan kiprah AHOK. Mereka tidak nyaman lagi dengan keberadaan AHOK. Mereka harus rela makan gaji resmi yang telah ditetapkan, dan tak ada peluang lagi untuk bermain ‘kekuasaan’
Bagaimana kelanjutan kisah heroik AHOK dalam menegakkan moralitas para pejabat di negeri ini? Biarlah waktu yang bercerita. Yang pasti, rakyat harus siap mengawal dan membela siapapun yang membela kebenaran dan keadilan.
#donibastian