MYAHOK.COM-Ditengah suasana keceriaan atas keberhasilan pengumpulan KTP yang nyaris memenuhi target sebanyak 1 Juta, perjalanan Teman Ahok hingga mencapai ‘garis finish’ ternyata tak seperti yang dibayangkan. Berbagai halangan dan rintangan terus menerus menerpa mereka seakan tak pernah ada habisnya. Usaha keras dalam proses pengumpulan KTP yang begitu menyita waktu, tenaga dan biaya memang sebentar lagi akan membuahkan hasil yang mungkin membuat mereka bisa sedikit bernafas lega.
Namun demikian sejuta KTP yang terkumpul hanyalah segelintir persyaratan yang mereka penuhi. Disisi lain, telah siap menghadang dan perlu dilakukan antisipasi sebaik-baiknya sehubungan dengan adanya ketentuan dari KPU yaitu pada tahap verifikasi terhadap seluruh KTP yang telah terkumpul tersebut.
Sampai disini, Teman Ahok merasakan sebuah ketidak-adilan terkait dengan keberadaan beberapa pasal dan ketentuan yang dibuat oleh KPUD yang dinilai akan mempersulit atau mengancam keberhasilan misi mereka. Untuk itu, Teman Ahokpun harus kembali berjuang, kali ini melalui jalur hukum guna mengajukan gugatan Judicial Review kepada MK terkait ketentuan hukum yang dirasa akan merugikan kepentingan mereka.
Disisi lain, angin tak segar kembali meniup dengan terdengarnya ‘teriakan sumbang’ dari seorang Anggota Dewan Junimart Girsang, yang seakan menuduh bahwa Teman Ahok menerima aliran dana haram senilai Rp. 30 M dari perusahaan pengembang terkait kasus reklamasi pantai Utara Jakarta. Meski para pengurus Teman Ahok bersikeras bahwa tuduhan itu sama sekali tak beralasan, namun dibalik itu, mereka mungkin saja tak paham atau bahkan tak menyadari, bahwa telah terjadi sebuah upaya konspirasi tingkat tinggi dengan tujuan agar misi mereka untuk berjuang pada jalur independen segera terhenti.
Apakah mungkin karena mereka ibarat pucuk daun yang sedang bertunas, sehingga masih terlalu hijau untuk merasakan pengalaman menjadi obyek permainan kotor para politikus profesional yang terkenal keras dan tak segan memakan korban meski dilakukan dengan cara yang halus dan tak kasat mata.
Pihak PDIP sendiri melalui kader jagoannya, Adian Napitupulu sudah terang-terangan menyatakan bahwa Presiden Jokowi sekalipun sesungguhnya menginginkan agar AHOK berpikir sejuta kali bila ingin terus bersama Teman Ahok menyusuri perjalanan jalur Independen yang makin curam dan berliku. Ibarat kata meniti selembar benang yang licin, sementara dikanan-kirinya terbentang jurang yang menganga, seakan mengancam mereka untuk terkubur bersama selaksa kekecewaan.
Bersama Partai Politik, tentu perjalanan AHOK lebih nyaman, sebagaimana dulu pernah diumpamakan sendiri oleh AHOK seperti naik taksi yang sudah pasti sampai kepada tujuan. Naman kala itu AHOK memilih naik bus kota yang meski butut dan reyot namun masih bisa tersenyum bersama dengan sahabat-sahabat kecilnya yang tergabung dalam organisasi Teman AHOK.
Waktu ternyata berbicara lain. Kini AHOK berada pada persimpangan jalan, sedangkan detik waktu terus berlari dan tak pernah bisa diajak kompromi. Memang cukup membebani pikiran ketika AHOK terpaksa untuk menentukan pilihan yang tak mudah. Jalan mana yang akan ditempuh, apakah tetap konsisten menyusuri jalan setapak melalui jalur independen yang penuh lubang dan berbatu, ataukah memilih jalan lapang yang sudah berulang kali ditawarkan oleh banyak ParPol yang mendukungnya.
Bila menggunakan perasaan, tentu AHOK akan mengalami dilema yang luar biasa, sebab dengan meninggalkan Teman Ahok dan berpindah ke Teman ParPolnya, maka hal ini tentu akan meninggalkan luka perasaan yang dalam di hati setiap insan pengurus Teman Ahok. Sebab selain telah menjadi sebuah kesepakatan sejak awal, apa yang telah dilakukan oleh Teman Ahok dalam upaya mengumpulkan sejuta KTP, tidaklah mudah untuk disingkirkan begitu saja.
Bila AHOK menggunakan logika dan pemikiran yang praktis, maka akan sangat memudahkan baginya untuk memilih. Tentu dengan kembali bergabung dengan Partai Politik, tak ada lagi persoalan yang perlu dirisaukan.
Kini bola sedang berada di kaki AHOK. Akan kemana bola itu akan ditendang, tentu AHOK sendirilah yang bisa memutuskan. Hari-hari yang akan datang tentu akan semakin menekan pikiran, sebab diantara tugas dan tanggungjawab pekerjaannya yang tak ringan sebagai Gubernur Ibukota, AHOK juga harus berpikir lebih keras, agar bisa menentukan langkah dengan benar, agar segala urusan pencalonannya sebagai Gubernur pada Pilkada tahun depan segera menemukan jalan keluarnya yang terbaik.
Pada pihak Teman Ahok juga masih berharap-harap cemas, akankah bunga-bunga mimpi mereka yang sudah setengah mekar itu, kembali pupus dengan semakin gencarnya wacana berpindahnya haluan AHOK dari jalur independen ke Partai Politik sebagai pengusungnya. Sanggupkah mereka menerima kenyataan yang mungkin tak pernah sekalipun mereka inginkan yaitu ketika AHOK mohon diri dengan berat hati untuk meninggalkan mereka.
Disinilah kemudian sangat diperlukan adanya kedewasaan sikap dari para pengurus Teman AHOK yaitu dengan berbekal hati seluas samudera dalam menanggapi segala kemungkinan terburuk sekalipun yang akan terjadi. Teman Ahok juga harus mempersiapkan mental untuk menerimanya bila memang benar, AHOK akan pergi meninggalkan mereka.
Teman Ahok akhirnya harus menyadari konsekwensi dalam permainan politik, dimana yang dibela hanyalah kepentingan semata..
#donibastian