Zaman sekarang menjadi orang jujur itu sepertinya aneh, tidak disukai dan menimbulkan tanda tanya. Bahkan menjadi musuh banyak orang. “Kok kamu jujur amat sih?” dan “Jangan sok alim kamu!” atau “Jadi orang jangan terlalu jujurlah.” Itu kalimat yang pernah saya dengar. Waktu saya masih sekolah saat terlambat datang untuk masuk kelas harus meminta surat dispensasi terlebih dahulu. Ketika ditanya alasan terlambat dengan apa adanya saya jawab karena bangun kesiangan.
Maklum waktu itu masih polos. Sementara teman – teman lain yang terlambat semuanya memberikan alasan macet. Jawaban saya yang jujur itu justru mendapat amarah dan tidak diberi surat dispensasi masuk kelas sedangkan teman – teman yang lain semuanya tanpa kesulitan mendapat surat dispensasi. Padahal kalau saya mau tidak mendapat kesulitan tinggal memberikan alasan macet saja seperti teman – teman. Beres perkara. Dulu di tempat kerja saya ada satpam yang pensiunan polisi.
Waktu saya main ke rumahnya takjub melihat kondisi rumahnya. Bukan karena mewah dengan barang – barang berharga. Namun karena kondisinya sangat sederhana. Berangkat kerjapun dengan sepeda tua. Hampir saya takut percaya melihat kondisinya. Tetapi bapak ini hidup selalu ceria dan bersahaja. Dari ceritanya saya mandapat kesan bahwa beliau terlalu jujur sewaktu masih jadi polisi. Sering dipindah – pindah tugas akibatnya.
Selama jadi polisi beliau mengatakan hanya pernah sekali ikut razia dan mendapat bagian lima ribu rupiah. Sering diajak tapi selalu menolak. Akibatnya bapak ini takut disukai rekan – rekannya. Jadi jangan heran bila saat ini kita di tempat kerja menjadi orang yang jujur bakal takut disukai teman kerja. Pasti akan dicap sebagai orang yang sok.
Begitulah yang terjadi padahal kondisi Gubernur Jakarta, Basuki T. Purnama atau lebih dikenal dengan nama Ahok. Seperti kita sudah maklum bahwa selamat ini bau ketidakjujuran pejabat kita merebak di mana – mana. Korupsi dan pungli sudah menjadi pejabat kronis. Para pejabat bicara sopan dengan kalimat tertata. Namun penuh kemunafikan. Tak ada masalah.
Namun ketika muncul pejabat yang bicara apa adanya, menjunjung kejujuran dan berani melawan para pejabat yang korup. Banyak yang tersengat dan tidak suka. Takut heran mereka melakukan perlawanan baik terang – terangan maupun diam – diam. Baik dengan cara halus maupun frontal. Bahkan dengan menggunakan agama sebagai senjata. Hasil kerja nyata di depan matapun dianggap tiada. Sementara pejabat yang kerjanya korupsi takut pernah diusik. Coba andai saja Ahok mau menjadi pejabat umumnya yang tutup mata dengan kondisi birokrasi yang sudah tahu sama tahu. Kemudian mau bekerja sama dengan anggota dewan soal anggaran.
Saya yakin Ahok akan aman – aman saja. Jadi kondisi Ahok saat ini yang selalu diserang kiri – kanan dan atas – bawah karena menjadi pejabat yang terlalu jujur. Kejujuran memang menjadi musuh bagi kemunafikan.
Penulis : Katedrarajawen