Trotoar yang Manusiawi
Hal yang belum saya tuntaskan adalah menata kawasan Sudirman–Thamrin menjadi area terpadu. Saya ingin dua jalur jalan ikonik kota Jakarta ini tidak kalah megah dengan pusat kota dari negara–negara maju seperti di Eropa atau Amerika.
Apa yang saya bayangkan? Menata jalur pedestrian di kawasan tersebut, saya ingin trotoar jakarta dilebarkan hingga 10 meter, dana awal pelebaran trotoar sebenarnya sudah siap dengan memanfaatkan sisa dana Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pembangunan Simpang Susun Semanggi sebesar Rp 214 miliar.
Sebenarnya mencanangkan pelebaran trotoar Sudirman–Thamrin sudah dilakukan Djarot Saiful Hidayat (#Trotoarkita) bersama dengan PT. Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta di awal Oktober 2017, atau sebelum beliau lengser sebagai Gubernur Jakarta. Saya tetap berharap proyek ini tetap diteruskan tidak hanya terbatas di sekitar area akses masuk ke stasiun bawah tanah MRT saja.
PT. MRT memang wajib melakukan pelebaran trotoar karena bagian dari pintu masuk yang menjadi akses masyarakat menuju stasiun bawah tanah. Dalam desain rute MRT koridor selatan–utara terdapat enam stasiun bawah tanah, berarti ada enam titik lokasi pintu masuk stasiun MRT yang harus dibangun di trotoar, tentunya akan memiliki lebar tertentu agar mampu menampung penumpang yang masuk–keluar stasiun.
Saya berencana memaksimalkan fungsi trotoar, tidak hanya sebagai jalur pedestrian tetapi juga dilengkapi dengan area berdagang yang bisa dimanfaatkan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) maupun pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM). Tentu keberadaan PKL dan UKM ini ditata dengan rapi layaknya kafe atau restoran.
Coba bayangkan jika trotoar Sudirman-Thamrin lebar dan ditata indah seperti itu? Generasi muda atau generasi milenial bisa hang out di Sudirman-Thamrin, keren!
Soal trotoar, tidak hanya Sudirman-Thamrin saja atau jalan protokol lainnya, untuk ruas jalan lain di lima wilayah kami telah memulai menata dan melebarkan trotoar juga termasuk ducting, seperti yang kami awali dan sebagai pilot project trotoar di sekitar wilayah Jatibaru dan Tanah Abang. Jakarta Pusat.
Saya telah menargetkan penataan dan pelebaran trotoar di 48 lokasi yang tersebar di 42 kecamatan di Jakarta. Dimulai sejak Juni 2016 oleh Dinas Bina Marga di tiga paket pelebaran trotoar, yakni di depan Stasiun Tanah Abang. seberang Stasiun Tanah Abang, dan dari Jalan Jatibaru Raya menuju Jalan Abdul Muis
Jika kita sedang berjalan kaki di sekitar jalan Abdul Muis atau Tanah Abang pasti merasakan dan melihat trotoar untuk pedestrian yang jauh lebih lebar, lebih rapi serta dilengkapi dengan ubin penunjuk jalan untuk menuntun tunanetra (yellow line).
Trotoar yang telah ditata dan dilebarkan ini tidak lagi terkena pembongkaran proyek jaringan utilitas seperti yang kerap terjadi, misalnya ada pembenahan kabel Telkom atau PLN, yang mengakibatkan trotoar atau jalan rusak karena kembali digali berulang kali. Trotoar baru ini telah dilengkapi boks khusus atau manhole utilitas. Usai pembangunan trotoar, pihak yang memiliki kabel seperti Telkom dan PLN harus menata jaringan baru di dalam boks yang telah kami sediakan.
Saya sempat memikirkan cara lain mengenai pembiayaan pembangunan dan penataan trotoar selain memanfaatkan Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu dengan melibatkan kontraktor yang sedang membangun gedung atau properti. Maksudnya begini, pengusaha wajib membereskan trotoar dan ducting, jadi tidak hanya membangun gedung yang mewah, namun trotoarnya kami yang bereskan. Dengan kerja sama pintar ini maka trotoar dan ducting juga langsung tertata seperti yang ditentukan.
#myahok
Sumber : Buku ‘KEBIJAKAN AHOK’ halaman 255 – 257
0lnxfa