Ahok Berada Di Atas Angin

lambaian tangan ahok

Ungkapan “Ahok Di atas Angin” bukan mengada-ada, sebab didukung data dan fakta yang tengah terjadi. Mengapa Ahok boleh saya katakan sedang berada ‘di atas angin’?

Hal itu terjadi tentu karena diperbandingkan dengan kapasitas dan kapabilitas para bakal calon lainnya. Beberapa bakal CaGub sudah menyatakan kesiapannya, meski sebagian belum resmi diusung oleh partai politik mana, namun sudah banyak melakukan kegiatan yang mengisi halaman berita di berbagai media baik cetak maupun elektronik.

Bila mengamati perkembangan situasi politik hari demi hari, semakin tampak bahwa dukungan kepada AHOK semakin deras mengalir. Sebaliknya para penantang justru semakin tak bisa mengejar dan bahkan ada yang nyaris balik kanan dan pulang.

Sebuat saja Ahmad Dhani yang mulai galau karena pihak PKB tampaknya sudah enggan mempertahankannya sebagai calon yang diusung. Apalagi berita terakhir yang mangabarkan bahwa telah terjadi pertemuan tertutup antara AHOK, dan beberapa petinggi  parpol lain termasuk PKB seusai acara pelantikan Pengurus Partai NasDem kemarin.

Juga bakal calon lainnya yaitu Adyaksa Dault yang seakan memaksakan dirinya untuk maju, padahal belum jelas akan diusung oleh partai mana. Mantan pejabat MenPora di masa pemerintahan SBY ini juga sangat berapi-api ingin mengalahkan AHOK. Tapi sayang tak begitu terlihat adanya dukungan dari masyarakat luas, meski berulang kali dia menyatakan bahwa sudah benyak yang men-supportnya agar maju sebagai Calon Gubernur. Entah mengapa, padahal dulu sudah sampai menjabat sebagai Menteri, tapi sekarang masih mau turun ke level yang lebih rendah, yaitu menjadi calon Gubernur DKI. Apakah ada motivasi lainnya? Entahlah hanya dia dan Tuhan saja yang tahu.

Kasus serupa juga terjadi pada Yusril Izha Mahendra, yang mantan MenKumHam itu. Apakah dia sebatas ingin menunjukkan bahwa dia juga bisa mengalahkan AHOK? Bahkan dengan terang-terangan menantang AHOK untuk berduel satu lawan satu jika nanti mereka bertarung di ajang Pilkada DKI 2017. Sepintas Yusril hanya ingin menunjukkan kemampuan yang dimiliki dengan menantang Ahok berduel, tapi dia lupa bahwa tujuan utama menjadi Gubernur DKI bukanlah untuk mengalahkan pejabat Incumbent, tapi yang penting harus bisa menujukkan kemampuan untuk membenahi dan menyelesaikan semua persoalan di Jakarta. Mengapa yang difokuskan adalah bertarung melawan Ahok? Bukankah lebih baik bila dia ikut memberi wawasan dan pencerahan kepada warga dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapi, sekaligus mengambil hati masyarakat agar pada PilGub 2017 nanti, mereka akan berbondong-bondong memilihnya?.

Juga Haji Lulung, yang memang sangat dikenal oleh warga Jakarta khususnya masyarakat betawi, apalagi yang tinggal diseputar Pasar Tanah Abang.  Haji Lulung boleh saja populer dikalangan warga betawi, tapi diluar itu, masih banyak pula penduduk yang ber-KTP DKI yang bukan penduduk asli Jakarta alias para pendatang. Segmen inilah yang sangat besar kemungkinannya mendukung AHOK.

Sandiaga Uno, seolah juga mencoba mengadu keberuntungan dengan ikut serta menjadi Calon. Bahkan niatnya menjadi pejabat publik sedemikian kuat, sampai-sampai rela mundur dari semua kegiatan bisnisnya, walau untuk sementara waktu. Tentu saja diapun akan kembali ke habitatnya bila perjalanan karir politiknya terhenti ditengah jalan. Popularitas Sandiaga Uno juga sangat sulit untuk didongkrak, sebab masyarakat belum banyak mengenal Uno. Dan tentu untuk mengejarnya, Uno harus makin gigih berjuang demi meyakinkan kepada partai Gerindra bahwa dirinya bisa.

Satu-satunya calon perempuan yang mengaku berjuluk “Wanita Emas” juga besar keinginannya untuk maju.  “Itu Siapa sih ?”, tanya warga Jakarta. Dia adalah Hasnaeni Moein, kader Partai Demokrat yang populer dikalangan politisi. Latar belakangnya adalah profesional, sama seperti Sandiaga Uno, tapi sekarang makin getol di jalur politik. Hasnaeni bukan kali pertama ikut nyalon jadi Gubernur DKI, sebab sebelumnya pada pilGub tahun 2012, dia juga berupaya ikut serta, tapi sayang tak ada satu partaipun yang mengusungnya. Bahkan ini membuat dia kecewa karena merasa ditipu oleh janji-janji manis para petinggi partai yang semula mendukung. Memang Hasnaeni tak pernah ada kapoknya. Mungkin sebagai pelampiasan kekecewaannya dulu, kini dia berusaha bangkit lagi untuk mewujudkan impiannya menjadi Gubernur DKI. Mudah-mudahan tak kecewa lagi ya bu…

Kembali pada sosok AHOK sebagai pejabat incumbent, makin hari semakin jauh berlari dan meninggalkan calon-calon lainnya. Derasnya dukungan dari publik dan situasi politik yang terjadi, membuat Ahok makin jauh berada di atas angin.

ParPol besar sudah banyak yang mendukungnya, tinggal PDIP yang masih tenang-tenang saja. Tapi sesungguhnya yang terjadi adalah AHOK sangat besar kemungkinannya untuk memenangkan PilGub DKI tahun depan. Apalagi bila Presiden Jokowi masih terkenang-kenang dengan sahabat setianya dulu saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI. Keterikatan hati Jokowi kepada Ahok tentu akan semakin melapangkan jalan AHOK untuk kembali menuju ke kursi DKI 1.

Mungkin banyak pihak sedang bermain politik saat ini yang mengklaim bahwa merekalah yang tehebat, padahal faktanya tidaklah demikian..

Salam

Doni Bastian

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses