Andai Aku Gagal Berandai-andai

Saat makan siang seorang teman bertanya “mbak pilih siapa nanti?”
Aku masih ngga ngeh.. Aku balik bertanya “pilih siapa apanya maksud kamu?”
Nanti tahun 2017.. Gubernur pilihan mbak siapa?
Ooaalaah.. Ga ada ujan ga ada angin ujug2 kamu kok nanya Pilgub sih.. hahaha..
Ya.. Jelas pak Ahok lah pilihanku.. Tanpa sadar aku jawab mungkin karena cukup keras.. sampai orang disebelahku nengok sambil senyum2.. Entah apa makna dibalik senyumnya orang itu..
Ooo.. Gitu ya mbak..
Sambil mengunyah ayam bakar temanku ini nyeletuk lagi
“Aku tau kok kalau mbak nge-fans pak Ahok, tapi pak Ahok kasihan ya mbak..”
Ya gitu deh.. hehehe, Aku jawab sekenanya.. maklum dalam kondisi lapar aku malas bicara yg berat2 apalagi soal politik.

Sepulang kerja menjelang mahgrib.. tiba2 pikiranku melayang teringat obrolan tadi ketika makan siang dengan teman kantor.. Perasaanku seperti dilematis..
Malam semakin larut tapi kok susah mata ini diajak kompromi..
Aneh.. sedikitpun tdk ada rasa kantuk.. padahal jam segini biasanya aku sudah terlelap..
Ah.. rupanya otakku masih saja terbawa hanyut soal gonjang-ganjing Pilgub 2017
Oke lah.. Sepertinya aku akan sulit tidur malam ini, akhirnya aku putusan untuk bangun, kunyalakan lampu kamar tidurku dan aku buat secangkir teh manis hangat..
Sambil dengar I’ll be there for you-nya Bon Jovi dgn ditemani secangkir teh manis hangat kuajak otakku berdiskusi sekaligus berandai-andai..
Andai nanti pak Ahok terpilih kembali jadi Gubernur..
Waah.. tentu para pendukungnya akan sangat gembira, dan tentu saja termasuk aku..
Sungguh aku amat menginginkan pak Ahok yg menang

Lalu bagaimana andai pak Ahok kalah ?
Hmmm… gimana yaah..? Ah tiba2 seperti ada sesuatu yg membuat pikiranku menerawang jauh..
Andai pak Ahok tidak terpilih lagi jadi Gubernur, aku akan sangat BERSYUKUR.. Yaa… aku BERSYUKUR..
Tapi.. hati kecilku teriak.. “Gilaa.. kok bersyukur??” Katanya tadi ingin pak Ahok terpilih, kenapa kalau kalah malah bersyukur?
Kenapa bersyukur?.. Yaa, aku bersyukur sebab..
(otakku mulai berdenyut kencang lalu berimajinasi..)

Alasan Pertama :
Andai pak Ahok menang dan terpilih kembali.. ada timbul rasa was-was pada pak Ahok.
Betapa pak Ahok akan banyak lagi menambah musuh2..
Akan ada banyak mutasi atau bahkan pemecatan para PNS malas, belum lagi preman2 yg akan kebingungan karena sawahnya bakal gagal panen, ditambah pula kegigihan pak Ahok dalam pencarian aktor2 baru berbakat yg nampak manis kalau tersenyum dan terlihat gagah dengan rompi oranyenya..
Semua itu sudah barang tentu sangat berpotensi menjadi musuh bebuyutannya pak Ahok

Alasan Kedua :
Andai pak Ahok gagal jadi Gubernur, buat pak Ahok soal kehidupan keluarganya, aku yakin sangat tidak bermasalah sebab mudah bagi pak Ahok untuk mencari pekerjaan dgn track record kecerdasan dan kejujurannya tentu banyak perusahaan yang dengan senang hati mempersilahkan pak Ahok untuk bersandar di kursi direksi..

Alasan Ketiga :
Kegagalan pak Ahok berarti naiknya salah satu dari pesaing pak Ahok yg siap memimpin Jakarta, entah itu pak Yusril, entah itu pak Uno, entah pak Adyaksa atau siapa lah.. Yang pasti sih bukan Ahmad Dhani
Setelah salah satu dari mereka dilantik utk memimpin Jakarta..
bukannya sih berburuk sangka, tetapi entah kenapa aku haqul yakin cepat atau lambat Jakarta akan kembali semrawut, kotor, amburadul.. Cerita tentang korupsi-pun akan terus sambung-menyambung dengan berbagai episode2 baru..

Nah.. Kalau sudah begitu, masyarakat akan kembali dikorbankan, inovasi pembodohan demi pembodohan pun akan dimainkan dibalik pesta pora nya sekelompok orang yang berdandan elok tapi berhati culas..
Bagi sebagian rakyat bebal yang bermata tapi buta mungkin tdk mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi bagi sebagian lagi masyarakat yg cerdas tentu dapat dengan cepat membaca situasi dan kondisi yang tengah terjadi dan mampu melihat dengan lebih jernih lagi..
Disaat itulah akan terlihat.. betapa pak Ahok figur sang “Juara” pemimpin yang bersinar sangat cemerlang..
Bersinar bak rembulan ditengah gelapnya malam yg menggantung diatas hamparan samudera luas..
Timbul lah rasa amat kehilangan akan seorang pemimpin yang jujur, berani dan tangguh seperti pak Ahok..
Rindu yang menggebu dari warga Jakarta pun akan semakin menjadi-jadi..
Dan.. Bukan lah hil yang mustahal jika kemudian ber-pasang2 mata rakyat mulai melirik genit ke pak Ahok di thn 2019 nanti..
Dari perjalanan imajinasiku ber andai-andai itulah terbesit rasa SYUKUR bila nanti pak Ahok harus gagal.
Seringkali kita sebagai manusia tidak mengerti jalan berliku yang Tuhan berikan untuk kita..
Andai saja kita mampu memahami cara Tuhan bekerja..
Bisa jadi sesuatu yang awalnya terlihat buruk ternyata berakhir Indah

Ups.. barangkali terlalu liar imajinasiku ini..
QUE SERA SERA.. WHATEVER WILL BE WILL BE..
Aaah.. Tidak.. Apapun yang terjadi pak Ahok jangan gagal..
Karena prioritasku bukan ingin melihat pak Ahok makin bersinar tetapi aku lebih ingin melihat Jakarta semakin cemerlang, semakin tertib, semakin indah dan warganya semakin sejahtera..
Sehingga aku bisa sambil guling2 bilang… WOW, gitu..
Bapak Ir.Basuki Tjahaya Purnama adalah seorang petarung yg gigih mendobrak tebalnya dinding “KEMUNAFIKAN”
Dinding yang begitu sangat kokoh karena sudah terbangun sekian puluh tahun.
Dinding yang sarat dengan manusia2 “terhormat” yg Hipokrit dan Korup yang berlindung dibaliknya.
Yang terbukti selama ini belum ada seorangpun mampu meruntuhkannya..
(imajinasi masih berlanjut.. seakan pak Ahok ada dihadapanku)

Aku menyadari..pak, dan aku yakin diluar sana juga banyak rakyat yang mengerti..
Perjuangan bapak tentu bukan tanpa resiko.. Bahkan resiko itu sangat besar, mungkin hanya segelintir orang yang berani menghadapi resiko seperti itu tetapi bapak seakan tidak memperdulikan semua itu.
Demi menegakkan kebenaran dan memerangi kejahatan.
Bagi bapak “Mati adalah Keuntungan”
Yang lebih gila lagi.. aku masih ingat ketika bapak memberitahu kepada anak laki-laki bapak:
“Rumah kita dikepeung mereka mau menyerbu”
Lalu putera bapak yg remaja belia itu tanpa ragu menjawab :
“Oke Pah, mari kita lawan sampai mati !”
Membuatku tak sanggup untuk tidak teriak… GiiLaAaaA.. !!

Seketika aku gagap.. jantungku terasa berdegup keras, mataku juga mulai berair..
Mana mungkin anak remaja yg masih sangat belia itu menjawab begitu tanpa keraguan sedikitpun ?!
Bapak dan keluarga Bapak benar2 sekumpulan orang2 “Keblinger” yang berhati MULIA..
Banyak orang ber-agama menyakini bahwa TUHAN itu ADA
Sedangkan Bapak menyakini bahwa TUHAN itu “HADIR”
Hadir dalam setiap langkah di kehidupan bapak..

Inilah yang membedakan bapak dgn kebanyakkan orang yang merasa dirinya paling ber-agama.
Aku pernah mendengar dalam agama bapak, kalau tidak salah ada ayat yang berkata demikian :
“Cintailah TUHAN dgn segenap jiwa ragamu dan kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri..”
(Maaf ya pak, kalau aku salah mengutip).

Sebetulnya di dalam Islam pun sama pak, ada perintah yang menjelaskan bagaimana seharusnya hubungan antara Manusia sebagai mahluk ciptaan-NYA dgn TUHAN sebagai penciptanya (Hablum min ALLAH) selain itu juga ada ajaran bagaimana seharusnya hubungan antar manusia dengan manusia lain sebagai sesama ciptaan-NYA (Hablum min anas).
Hanya saja berbagai tafsir bermunculan, bahkan banyak juga yang tidak menggubrisnya
Mereka para pendakwah sepertinya lebih sibuk syiar tentang hal2 lain sesuai dgn tafsir mereka masing2.. Entah kenapa mereka punya hobby menajamkan perbedaan yang cenderung dapat menimbulkan konflik horisontal..
Apakah itu karena adanya faktor kepentingan, pesanan atau memang pemahaman mereka seperti itu.. Hanya si pelaku dan TUHAN yang tahu.
Aku hanya mencoba utk mengingatkan mereka atau siapapun yang kebetulan membaca tulisan ini..
Jika semua itu karena adanya faktor pesanan atau kepentingan yang bersifat duniawi..
Percayalah.. akan ada saatnya nanti, dimana amat sangat berat dan menyakitkan pertanggungan jawab perbuatan kalian di akherat nanti..

Maafkan aku pak Ahok, bukannya aku egois..
Juga bukannya aku tidak perduli dgn keselamatan bapak karena koleksi musuhnya bapak yang akan semakin bertambah jika bapak terpilih kembali..
Tapi apa boleh buat pak.. aku tidak punya pilihan, karena harapanku hanya ada pada bapak yang aku yakini saat ini paling mampu untuk membenahi Ibukota dari berbagai carut marutnya permasalahan.
Percayalah Pak.. dalam do’a-do’a malam-ku, selalu kusisipkan do’a untuk kesehatan bapak..
Semoga Tuhan yang Maha Pemurah lagi Bijaksana senantiasa melindungi Bapak sekeluarga dan menjauhkan dari segala hal buruk.. Amin.
Waduuuh.. tidak terasa sudah pukul 01.00 dini hari..
Aku kelupaan, teh manisku sudah menjadi dingin..
Yaa.. sudahlah, sebaiknya aku istirahatkan otakku sekarang..
Mudah-mudahan aku bisa segera terlelap..
agar esok tidak terlambat menjemput tugas keseharianku..

Jakarta, 29 Maret’ 2016

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

3 Komentar

  1. AHOK AND DONALD TRUMP
    ( THE TWO DIMENSION OF THE SAME DEMOCRACY SYSTEM )

    Both is an entrepreneur turn to a politician.

    Mr. Donald Trump aim to be the next USA president. He is busy to win support across the nation in his presidential campaign.

    Mr. Ahok is the governor of Jakarta province, the Indonesian capital. He aims the same position for the second term. He is busy to work for a better Jakarta to gain support from the province citizen.

    Both has gain the majority support from people.

    Both are known as a fearless leader.

    Both use harsh words in public to attack someone, even the media personnel.

    Both are the most controversial figure in their country, many support them and many hate them.

    Both has cause a tectonic shift in the country political landscape.

    Both has also cause the incumbent president to react.

    But it is their difference which enable the world community to see the two dimension of the same democracy system.

    Here are their difference :

    1. Trump fund most of his campaign fee by himself. He has ever said “I am self-funding my own campaign. It’s my money”.

    Meanwhile incumbent Ahok refuse to spend a lot for his second term campaign, although he chose independent route rather than from political party back up.

    Ahok has publicly declare he won’t leave his job for his campaign. He won’t take any part in his campaign. Instead, he will focus on his jobs to bring a better Jakarta for the citizen. His supporters will campaign for him.

    Ahok spend nothing in the process to collect one millions citizen’s ID cards as a requirement to become an independent candidate.

    2. Trump used religion and racist to win support from people.

    Meanwhile Ahok opponents used religion and racist to discredit him ( Ahok is a Chinese Christian, a double minority in Indonesia ).

    3. Trump said he will consider paying the legal fee for an apparent supporter who allegedly punched a protester at his rally.

    Meanwhile Ahok said he will prefer citizen comply with law and regulation although they do not support him, rather than claim to support him but violate the law.

    Ahok said “Dont choose me if there’s a better figure than me. If you choose me, you must be a stupid person”.

    4. Trump tend to divide people until a degree that president Obama react by saying “the best leaders, the leaders who are worthy of our votes, remind us that even in a country as big and diverse and inclusive as ours, what we’ve got in common is far more important than what divides any of us”.

    Meanwhile Ahok tend to unite people until a degree that political parties see it as an effort to paralyze them (deparpolisasi).

    When The House of Representatives plans to revise the Regional Election Law to raise the number of supporters needed for independent candidates like Ahok to run in regional elections, president Jokowi react by saying “the revision of regional election law should not being trapped by short term politic needs”.

    With so many things in common between Mr. Ahok and Mr. Trump, but also many differences, their success to win support from majority people enable the world community to see the two dimension of the same democracy system.

    Mr. Ahok was named “Man of the Year” for two consecutive years by Globe Asia magazine. He is praised by Dean of the Lee Kuan Yew School of Public Policy at the National University of Singapore as “the young Lee Kuan Yew”.

    At present, an extraordinary democracy FORCE IS AWAKEN in Jakarta. More than fifteen thousands people are flocking daily across the city to give their identity cards to support the governor.

    AT SOME POINTS, it seems Jakarta citizen need Mr. Ahok more than he needs the citizen to support him.

    What is his secret ?

    Whatever it is, thanks God, the great leader Mr. Ahok belong to us, the Indonesian citizen.

    1. I am writing in part as an accompaniment to Mr Felix”s recent piece regarding Mr Ahok and Mr Trump. I have been worried about Indonesia [ I was born there, now not living there] because I have literally watched Indonesian did nothing as action or reaction towards their leaders behaviour. During Foke Era, they said nothing. During current Ahok Era, majority also said nothing. Having said that, they know that corruptions go on until this very second. I sense that Indonesia at this time is “at the fork off the road”. I pray that the good people will take this golden opportunity to wrest the initiative of pushing forward the agenda of Better Indonesia like any golden opportunities, this one does not last too long. If they chose the wrong turn at that fork of the road, indonesia will be doomed. Conversely, if they found courage in their souls to re establish order and discipline, Indonesia will finally break through this net of mental n moral stagnation that has lasted more than a 1000 year.Wake up Indonesia – There Is No Other Time Like NOW. Good Luck Indonesia- may the power be with you.

  2. Yang Terhomat Saudari Marissa. Memang sudah menjadi kebiasaan manusia di seluruh dunia untuk berserah nasib kepada Yang Maha Esa. Sepengetahuan ku, Tuhan telah memberikan semua kuasa dan tanggungjawab mengenai perihal duniawi kepada sang manusia. Ada hukum jagat yang sangat jelas yang mencantumkan tentang kebebasan berkehendak, kebebasan mengambil keputusan dan kebebasan bertindak. Mengenai Ahok, beliau adalah suatu alat untuk membereskan Jakarta. Memang alat ini sangat mustajab. Tetapi, alat ini menuntut keaktifan dan kecanggihan mental sang empunya alat. Jika sang empunya itu absen atau pergi libur atau ber masa-bodohan atau celakanya lagi berkecil hati, percaya lah alat ini hanya bisa efektif ke titik yang tidak jauh jauh amat. Sang empunya alat bisa berdoa tujuh ribu kali, tetapi tanpa sekali pun meraih, mengendalikan, merawat dan mengunakan alat itu dengan semestinya, garansi … Tuhan tidak akan bisa menolong. Suksesnya Jakarta, bebasnya Jakarta dari para koruptor dan sedikit banyak juga dampaknya kepada Indonesia, itu semua berada di dalam tangan manusia manusia pemberani Jakarta. Bangun lah manusia Jakarta, kota mu membutuhkan kamu – hari ini dan esok. Indonesia pun membutuhkan mu. Salam Dari Washington DC. Robert Sastro