Kriminalisasi ‘Teman Ahok’, Bagian dari Konspirasi Tingkat Tinggi

kriminalisasi teman ahok

MYAHOK.COM-Berbagai tuduhan dan sangkaan negatif terus diarahkan kepada Teman Ahok sebagai organisasi pengusung AHOK sebagai Cagub DKI melalui jalur Independen. Persoalan paling krusial yang sedang dihadapi adalah tudingan dari politisi Junimart Girsang, politikus dari PDIP yang menyatakan bahwa terdapat aliran dana sebesar Rp. 30 M kepada Teman Ahok yang berasal dari perusahaan pengembang terkait kasus Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Apakah ini sebagai upaya Kriminalisasi Teman Ahok sebagai bagian dari sebuah konspirasi?

Tudingan Junimart itu makin heboh dengan dirilisnya hasil investigasi dari Majalah Tempo edisi terbaru yang berjudul  “Duit Reklamasi untuk teman-teman AHOK” yang mana hal ini semakin menyudutkan Teman Ahok dan seakan membuat publik makin bertanya-tanya, apakah benar hingga sampai terjadi hal demikian.

Suara-suara sumbang yang menyerang keberadaan Teman Ahok ini tampak semakin keras terdengar bahkan setelah Teman Ahok berhasil mencapai target pengumpulan sejuta KTP pedukung AHOK. Apakah ini sebuah kebetulan, ataukah memang sebuah rancangan?

Mengapa saya berani mengatakan bahwa ini ada semacam skenario yang sedang berjalan? Hal ini tak lepas dengan suhu politik yang memanas terkait Pilkada DKI yang tak lama lagi akan digelar tahun depan. Jabatan Gubernur DKI sangat-sangat strategis menurut pandangan Partai Politik. Bagaimana tidak, sebab DKI adalah sebagai pusat pemerintahan dan bisnis dinegeri ini. Dengan menguasai Jakarta, maka sesungguhnya sama saja dengan menguasai semuanya. Oleh sebab itu jabatan Gubernur DKI kini tengah menjadi rebutan.

Sebetulnya ini adalah bagian dari ‘permainan politik’ yang tentu saja pemainnya adalah ParPol. Ini adalah sebuah kesempatan emas untuk bisa memperkuat kekuasaan jika mampu mengusung kader hingga terpilih jadi orang nomor 1 di DKI. Meski ada sebagian pihak ada yang tak mau mengakui, tapi sesungguhnya pejabat incumbent-lah yang paling berpotensi untuk kembali duduk sebagai Gubernur DKI untuk periode yang ke-2 nanti.

Sejak awal sudah banyak PARPOL yang mengincar AHPK, apalagi AHOK bukan kader dari partai manapun. Yang pertama datang adalah partai pemenang pemilu PDIP, untuk ‘melamar’ AHOK agar mau diusung sebagai Cagub DKI oleh partai berlambang kepala banteng itu. Namun saat itu AHOK juga sudah digandeng oleh Teman Ahok, bahkan AHOK lebih memilih bersama Teman Ahok daripada dengan PDIP.

Alasan AHOK adalah karena Teman Ahok adalah generasi muda yang mewakili aspirasi warga jakarta. Sesungguhnya Teman Ahok tak masalah bila didukung oleh PDIP, namun karena PDIP tidak bisa segera memberi kepastian dalam mengusung AHOK sebagai Cagub DKI (harus melalui mekanisme partai), maka AHOK memutuskan ikut jalur independen, yang pasti akan mengusung AHOK menjadi Cagub DKI pada pilkada tahun depan.

Tarik menarik antara pihak independen dan Partai Politik dalam memperebutkan AHOK tidak berhenti sampai disitu saja, bahkan masih berlangsung sampai detik ini, hanya saja tidak tampak dipermukaan.

Partai Politik besar sudah banyak yang menyatakan kesediaanya mengusung AHOK antara lain PDIP, NASDEM, HANURA dan yang baru menyusul Partai GOLKAR. Mengapa partai-partai besar sangat tertarik ‘memiliki’ AHOK? Sebab AHOK sekarang ini bagaikan batu berlian langka yang sangat indah dan mampu memikat banyak orang. Inilah yang membuat partai politik terus memburunya. Bila tak bisa mengusung, mereka sebagai pendukungpun rela. Sampai sedemikian perlukah Parpol hingga yang penting bisa dekat dengan AHOK meski tak bisa memilikinya?

Ya, memang demikianlah kenyataan yang ada.  Sebab dengan mendukung AHOK berarti akan mampu meyakinkan publik bahwa ParPol ybs. juga seiring dan sejalan dengan keinginan rakyat. Bila ParPol telah memperoleh kepercayaan dari rakyat, maka dampaknya adalah nanti pada PILPRES 2019, mereka  tentu akan menikmati panen suara. Begitulah sesungguhnya kaitan kondisi yang terjadi.

Memang sesuai ketentuan, penggunaan Jalur Independen untuk mencalonkan Gubernur DKI diperbolehkan, tapi apakah sesederhana itu perjalanannya? Tentu saja tidak, sebab hal ini agak menghalangi kebebasan ParPol dalam merangkai rencana untuk masa depan mereka. Cerah tidaknya bintang ParPol akan bersinar, harus sudah dimulai dari sekarang yaitu dengan ‘memburu’ AHOK, sebab sudah tampak nyata bahwa AHOK bakal menjadi primadona di Pemilu nanti. Sedangkan bagi lawan politik, strategi yang disusun adalah sebaliknya yaitu bagaimana caranya ‘membunuh’ karir AHOK dan menegakkan prinsip, “YANG PENTING BUKAN AHOK”.

Cara apapun akan ditempuh, agar AHOK segera bergabung kembali dengan Partai Politik. Begitulah kira-kira apa yang ada di benak para pengurus partai. Strategi pertama yang dilancarkan adalah agar AHOK bisa terpisah dari Teman Ahok. Bila dengan cara terang-terangan. Bila tak bisa memperoleh hasil, strategi berikutnya yaitu akan dilancarkan dengan cara tersembunyi dan tak kasat mata.

Karena secara moral AHOK dan Teman Ahok seakan telah menyatu padu dan sangat sulit dipisahkan, maka cara lainnya adalah diupayakan sedemikian rupa agar dapat memberi kesan bahwa Teman Ahok adalah organisasi yang tak pantas untuk mendukung AHOK. Berbagai isu dihembuskan agar seolah yang terjadi adalah bahwa Teman Ahok melakukan pebuatan melawan hukum.

Bila isu ini semakin kuat dan membuat gaduh suasana, tentu aparat dan penegak hukum akan turun tangan dan memeriksa langung kepada Teman Ahok sebagai langkah untuk memastikan apa yang sesungguhnya terjadi.

Kondisi saat ini semakin parah dengan adanya beberapa orang bekas anggota ‘Teman Ahok’ yang mengaku bahwa dalam operasinya, Teman Ahok banyak melakukan kecurangan dalam proses pengumpulan KTP. Hal ini makin memperburuk kondisi, dan kini ‘Teman Ahok’ sudah semakin terpojok.

Bila memang konspirasi ini dirancang dengan hasil akhir AHOK bisa kembali ke partai politik, sangat besar kemungkinan Teman Ahok akan tersandung atau terkait permasalahan hukun dengan adanya isu aliran dana haram Rp. 30 Miliar tsb.

Tapi saya sangat yakin, bahwa semua pengurus AHOK adalah generasi muda yang masih sangat ‘hijau’ dan tak tahu menahu masalah intrik dan politik. Mereka benar-benar secara jujur dan murni berusaha menegakkan kebenaran dan keadilan.

Tapi jangan lupa, ada pihak-pihak lain yang mendukung Taman Ahok atau yang mengatasnamakan Teman Ahok yang mana mereka ini juga para pemain politik yang profesional dan sudah piawai bemain ‘cantik’

Bisa jadi, mereka itulah yang meneteskan setitik nila, hingga merusak susu sebelanga. Anak muda pendiri Teman Ahok bisa saja bersikeras bahwa mereka selama ini bergerak secara bersih, jujur dan transparan, bahkan rela tak menerima honor atau gaji dalam mengurus Teman Ahok, tapi kepolosan mereka, bisa saja ditunggangi oleh oknum-oknum nakal, yang mengambil kesempatan sehubungan dengan keberadaan Teman Ahok yang semakin populer itu.

Para pengurus Teman Ahok bisa saja terbebas dari jeratan hukum, karena mereka memang tak pernah melakukan perbuatan yang menyimpang, tapi dampaknya adalah akan membuat repot mereka terkait kasus hukum yang berjalan. Hal ini akan membuat nama Teman Ahok makin suram, akibat ulah oknum yang ingin mencari keuntungan pribadi dan gologannya sendiri.

Bila sampai nama ‘Teman Ahok’ ternoda dengan terjadinya kasus pidana yang melibatkan mereka apalagi sudah ada tersangkanya dari pihak Teman Ahok sendiri, maka dengan demikian membuat AHOK semakin mudah dalam mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan ‘Teman Ahok’ dan kembali bergabung dengan ‘Teman ParPol’.

Pada akhir cerita yang memilukan, Teman Ahok-lah yang akan menjadi korban. Itulah politik, bergerak demi sebuah kepentingan dan tak pernah punya perasaan.

#donibastian

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

2 Komentar