
MYAHOK.COM-Tak sedikit profesor pembenci AHOK yang mana dalam memberikan pernyataan masih saja mempersoalkan isu SARA. Salah satunya adalah Sri Edi Swasono. Cendekiawan ini dalam pernyataannya masih memperoalkan SARA terkait keberadaan AHOK, padahal istrinya, Meutia Hatta adalah pendiri dari organisasi BHACA (Bung Hatta Anti Corruption Award) yang penah memberikan BHACA Award kepada AHOK sebagai pejabat anti korupsi pada tahun 2013 lalu.
Berikut ini adalah tulisan dari M Jaya Nasti terkait penyataan rasis beberapa professor Rasis di negeri ini :
Salah seorang pembenci Ahok adalah Prof. Dr. Sri Edi Swasono. Ia guru besar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia. Ia juga adalah menantu Proklamator Bung Hatta, suami dari Meutia Hatta. Sebagai ahli koperasi, Prof. Sri Edi Swasono pernah menjadi Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin).
Akan tetapi kebesaran nama yang dimilikinya tidak sejalan dengan sikap dan perilakunya yang rasis. Kalau Bung Hatta masih hidup, beliau tentu akan malu mempunyai menantu yang rasis. Kita tahu bahwa Bung Hatta adalah founding father yang ikut merumuskan UUD 1945. Beliau juga tokoh yang menyetujui dihapuskannya 7 kata dalam pembukaan UUD 1945, yang untuk memastikan bahwa Indonesia bukanlah Negara berdasarkan syariat Islam.
Dalam sebuah diskusi, Prof. Dr. Sri Edi Swasono menyerang Ketua Umum Partai Hanura Jenderal (Purn) Wiranto. Ia mengatakan Wiranto tak punya malu mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI Jakarta 2017. Prof. Sri Edi mengatakan “Jika Ahok menjadi pemenang di Pilkada DKI Jakarta, akan menjadi sejarah di era modern, di mana etnis minoritas menjadi pemimpin mayoritas”. Ia lalu menyatakan, tidak mau dipimpin oleh seorang minoritas. pungkas menantu Bung Hatta ini.
Sebagai seorang guru besar, Prof. Sri Edi tidak seharusnya berkata demikian. Ternyata ia seorang yang anti demokrasi dan anti Cina, karena Ahok adalah seorang yang berasal dari etnis Cina dan beragama Kristen. Seharusnya sebagai profesor, Sri Edi menyatakan menyerahkan kepada pilihan rakyat, siapapun yang mereka pilih dan memenangkan Pilgub Jakarta.

Dr. Sri Bintang Pamungkas, adik kandung Prof. Sri Edi Swasono juga seorang rasis sejati. Ia juga dosen di Universitas Indonesia. Pada tahun 1997, Sri Bintang Pamungkas yang waktu itu menjadi anggota DPR dari PPP, menggerakkan demonstrasi di Belanda untuk mempermalukan Presiden Soeharto. Sewaktu pulang, ia ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Ia baru dibebaskan setelah Pak Harto berhenti jadi presiden. Sejak itu, Sri Bintang Pamungkas menjadi tokoh oposisi sejati. Ia membenci siapa saja yang berkuasa. Ia sangat lantang berbicara dan terkesan kasar dan arogan. Sri Bintang ikut berorasi bersama orator lainnya pun menentang Ahok. Ia mengatakan tidak ada pekerjaan rumah yang bisa diselesaikan oleh Ahok.
Lihat saja, banjir dan macet jalan terus. Ia mengatakan bahwa Ahok itu kecil. Kita siap berperang dengan orang-orang Cina seperti Ahok.,” Tak hanya itu, Sri Bintang menyatakan bahwa Ahok selalu menyakiti perasaan kaum Muslim. “Omongannya menyakitkan umat Islam,” kata Sri Bintang di atas mobil komando.

Profesor Pembenci AHOK lainnya adalah Yusril Ihza Mahendra. Yusril adalah juga menjadi guru besar Universitas Indonesia. Ia ikutan menjadi bacagub Jakarta, tapi belum ada kepastian partai yang mau mengusungnya. Yusril membela adiknya, Yusron Ihza Mahendra yang ngetweet tentang Ahok dengan cara mengutip pernyataan Letnan Jenderal (Purn) Suryo Prabowo.
Nasehat Jendral bintang 3 ini “Jika sayang dg etnis Cina yg baik, miskin & tdk bisa lari ke LN jika ada kerusuhan etnik. Maka mohon Ahok tdk arogan dalam memerintah. Kasihan dg Cina2 lainnya yg miskin, baik & tidak salah jika mereka jadi…. (mungkin yang dimaksud jadi korban amuk masa anti Cina). Dengan membela adiknya itu, maka Yusril sesungguhnya menyetujui sikap rasis adiknya itu.
Ternyata tweet Yusron mendapat tanggapan yang cukup ramai dari nitizen. Tidak kurang 30.000 orang mendesak Pemerintah untuk memecat Yusron dari jabatannya sebagai Duta Besar RI di Kerajaaan Jepang. Tweet Yusron itu memang sangat tidak pantas, karena ia menyinggung hal yang paling buruk dalam masalah Sara, yaitu isu pemusnahan, pengusiran dan pembunuhan etnis. Jadi sudah sepatutnya Presiden Jokowi memecat Yusron selaku Dubes di Jepang.
Masih banyak para profesor pembenci Ahok karena sikap mereka yang rasis. Dengan semakin dekatnya Pilgub DKI Jakarta, kepala mereka akan keluar satu persatu. Mereka pasti ingin bersuara dan kedengaran oleh public. Maka kita akan melihat profesor rasis berkepala hijau dan yang berkepala merah.
Penulis : M. Jaya Nasti
Ahok is narsis man like mental sick nobody want to follow him without any accused