MYAHOK.COM – Ahok Batal jadi Pengibar Bendera. Kisah ini terjadi sekian puluh tahun yang lalu, saat sarapan bersama keluarga, Ahok tampak riang. Seragam SD rapi, sepatu Bata model marmut hitam, topi pet berlambang SDN 3 Gantung. “Pagi ini upacara, Pa. Ahok jadi petugas penggerek bendera,” katanya.
——————
Kim Nam, sang ayah, tersenyum memandang anak sulungnya itu. Sang Mama, Buniarti, kelihatan bangga.
“Apa kamu sudah latihan?” tanya Kim.
“Sudah-lah… Ini pertama kali giliranku jadi penggerek bendera,” jawab Ahok.
“Papa senang kamu mengibarkan bendera kita. Jangan sampai salah gerakannya.”
“Kemarin aku sudah latihan.”
“Berdirinya yang tegap, gerakan dengan temanmu penggerek bendera harus kompak.”
“Ahok sudah latihan, Papa…”
Ahok sejak kecil berbadan tegap. Dia paling bongsor diantara teman sebaya. Karena itu cocok jadi penggerek bendera. Lagian, petugas penggerek bendera bergilir setiap bulan. Kali ini giliran Ahok.
Ahok dan adik-adiknya berangkat sekolah jalan kaki, diiringi pandangan bangga orang tuanya. Kim kemudian berangkat, sibuk berbisnis. Buniarti belanja ke pasar untuk masak hari itu.
Ahok tiba di sekolah, hari masih terlalu pagi. Ahok terlalu giat. Kira-kira belum separo murid yang datang. Pelaksanaan upacara masih lama.
Tahu-tahu, Ahok dipanggil Pak Guru. Diminta datang ke ruang guru. Ahok pun mendatangi ruang guru.
“Silakan duduk, Ahok,” sapa Pak Guru.
Ahok duduk. Dia merasa, tidak biasanya dia dipanggil.
“Begini, Hok. Petugas penggerek bendera nanti yang mestinya kamu, diganti murid lain. Kamu giliran berikutnya.”
“Mengapa saya diganti, Pak?”
“Bukan diganti, hanya berubah giliran.”
“Kan beberapa hari lalu, Bapak yang menentukan giliran saya pada upacara sekarang.”
“Betul. Tapi mendadak ada perubahan. Sudah… kamu siap-siap ikut upacara. Bentar lagi dimulai.”
“Baik pak.”
Ahok menuju ke lapangan tanpa semangat. Tapi, dia tetap ikut upacara sampai selesai. Dilanjutkan masuk kelas mengikuti pelajaran hari itu sampai selesai.
Sampai di rumah dia kelihatan murung. Ditanya Mama, dia jawab, tak ada apa-apa. Sampai makan malam, seluruh anggota keluarga berkumpul di meja makan, Mama bertanya lagi. Ahok tetap mengatakan, tak ada masalah.
Kim sekarang bertanya, mendesak:
“Ada apa, Hok?”
“Ahok tak jadi penggerek bendera.”
“O… katamu giliran. Lain kali bakal giliranmu.”
“Bukan itu, Pa. Ada teman bilang, dia dengar seorang guru mengatakan, aku diganti karena anak Cina, tidak cocok mengibarkan bendera merah putih.”
Dheg… Semua terkesiap. Semua memandang ke Ahok.
Tapi, Kim dan Buniarti cepat menguasai diri. Dengan segera dia berubah kembali tenang. Kim lalu menetralisir:
“Kamu harus sabar, Nak. Suatu saat nanti mereka akan menerima kamu dengan tulus. Karena, kamu anak baik. Percayalah Papa.”
“Ya pa.”
Catatan :
Kisah nyata ini diungkap di buku “Tionghoa Keturunanku, Indonesia Negeriku, Membangun Bangsa Tujuanku”
di balik anak yg hebat ada bpak yg luar biasa