MYAHOK.COM-Banyak orang bertanya-tanya tentang bagaimana sikap Presiden Joko Widodo atau Jokowi melihat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok. Sebagian besar menafsirkan Presiden Jokowi mendukung langkah Ahok untuk maju sebagai calon independen. Apalagi Ahok memang diketahui punya kedekatan dengan Presiden Jokowi. Saya pun pernah berfikir seperti itu.
Pada 1 Mei 2016 saya mendampingi Jokowi melihat pameran 600 foto di Atrium yang diselenggarakan oleh relawan. Sambil melihat-lihat foto saya juga menyampaikan beberapa hal pada Presiden mulai dari BUMN yang didominasi orang-orang lama, hubungan antara DPR dengan mitra kerja yang kurang harmonis hingga harga kebutuhan pokok di pasaran.
Diluar dugaan, Presiden yang sedang melihat-lihat foto, tiba-tiba berbalik menatap saya dan Sihol Manulang Ketua Bara JP (relawan pendukung Jokowi) yang ikut mendampingi. Presiden kemudian bertanya, pertanyaan yang tidak saya duga. “Bagaimana Ahok menurut kamu?” Sihol Manulang menjawab “Susah pak, sombong”. Sementara saya mengatakan “Saya terserah Presiden dan Partai”.
Berikutnya Presiden katakan, “Iya, Ahok susah dibilangin, sudah saya katakan berkali-kali, bagaimana ya?” Setelah itu masih ada beberapa kalimat terkait Ahok yang juga Jokowi sampaikan yang pada Intinya saya menangkap Jokowi berkeinginan Ahok tidak maju dari jalur perseorangan karena Jakarta berbeda dengan propinsi lainnya, Jakarta adalah Ibu Kota dan membangun Jakarta butuh kekuatan besar dan dikerjakan bersama sama.
Lalu saya katakan pada Presiden, “Untuk memenangkan pilkada, Ahok bisa gunakan Relawan tapi untuk membangun Jakarta Ahok butuh DPRD dan DPRD bukan perwakilan Relawan tapi wakil Rakyat melalui Partai dan untuk itu Ahok butuh kerendahan hati” Lalu saya lanjutkan, “Apa perlu saya yang bicara ke Ahok pak?” Jokowi menatap saya lalu dia menjawab, “iya iya kamu harus bicara sama Ahok.” Kemudian Jokowi kembali melihat-lihat foto yang lain dan membicarakan hal hal lainnya.
Selesai melihat foto, saya mengantarkan beliau sampai kedepan pintu mobil. Dan sembari masuk ke dalam mobil, Jokowi kembali berkata mengingatkan, “Kamu bicara sama Ahok ya”.
Pada 7 Juni 2016 sekitar pukul 21.00 WIB, saya telepon Ahok dan menyampaikan semua yang disampaikan Presiden. Cerita yang saya sampaikan diatas bisa saya pertanggung jawabkan dan tidak berangkat dari motivasi buruk. Saya sampaikan cerita diatas karena rakyat perlu tahu bahwa benar Presiden Jokowi menyayangi Ahok tapi Presiden Jokowi jauh lebih menyayangi Rakyat Jakarta. Merangkul relawan serta berjalan bersama partai akan memudahkan Ahok bukan saja untuk memenangkan pilkada tapi memenangkan program program pembangunan selama 5 tahun di DPRD demi kesejahteraan Rakyat Jakarta. Hakekat kemenangan bukanlah bagaimana mendapatkan kursi tapi bagaimana bekerja sebaik baiknya dari kursi itu.
Disisi lain, kerja Relawan berakhir saat suara sudah di hitung, tetapi pemenang Pilkada mulai bekerja setelah Relawan selesai Bekerja sementara Partai bekerja sebelum, saat pilkada dan setelah selesai pilkada.
Kepemimpinan Jokowi yang rendah hati seharusnya menjadi contoh bagi Ahok. Jokowi sudah menunjukan bahwa ia bisa saja menolak beberapa keinginan dan desakan partai tapi Jokowi sama sekali tidak pernah menolak keberadaan partai sebagai pilar Demokrasi. Dalam Pilpres kemarin, Jokowi mampu mengkombinasikan dua kekuatan, di usung partai dan di dukung relawan.
Relawan Jokowi di Jakarta jumlahnya jauh lebih banyak dari Relawan Ahok, lebih terorganisir dan lebih teruji militansinya dalam pertarungan Pilpres yang sangat keras. Kalau Relawan Ahok saat ini mengumpulkan KTP untuk Ahok dari mall ke mall yang sejuk ber AC, Relawan Jokowi saat Pilkada 2012 dan Pilpres 2014 mengumpulkan dukungan dengan menjual baju kotak kotak di jalan jalan, di terminal terminal dan pasar pasar tradisional.
Jika Ahok berseberangan sikap dan langkah dengan Jokowi sebagaimana keinginan Jokowi yang saya sampaikan di atas, maka tentunya Ahok akan sulit juga bekerja sama dengan Presiden Jokowi, berikutnya yang dihadapi Ahok dalam Pilkada ataupun setelah Pilkada nanti tidak hanya partai politik dengan ratusan ranting, pengurus anak cabang (PAC) dan ribuan kader baik yang di DPRD maupun DPR RI, tetapi juga lebih dari puluhan Organisasi relawan Jokowi.
Penulis adalah Anggota DPR RI Komisi VII Fraksi PDI Perjuangan.