
MYAHOK.COM – MENGAPA AHOK-DJAROT KALAH? Seluruh pendukung AHOK-JAROT pasti merasa sangat sedih dan kecewa dengan hasil perhitungan suara pada Pilkada DKI putaran ke-2 pada 19 April kemarin. Sayapun bahkan menilai ini adalah suatu perisiwa yang tidak masuk diakal dan cenderung tidak wajar.
Alasannya?
Tentu seperti apa yang diyakini oleh semua pendukung AHOK-DJAROT bahwa secara teknis AHOK-DJAROT jauh lebih unggul dibandingkan dengan pasangan ANIES-SANDI.
Hal pertama adalah perihal rekam jejak. AHOK dan DJAROT sebelumnya dikenal sebagai pejabat Kepala Daerah. AHOK pernah menjabat Bupati di Belitung Timur (Bangka Belitung) dan DJAROT bahkan 2 periode menjabat sebagai Walikota Blitar Jawa Timur. AHOK juga pernah menjabat sebagai anggota DPR RI di komisi II. Sedangkan Anies-Sandi keduanya nyaris tak pernah menjabat lama di birokrasi. Anies sekalinya menjabat jadi menteri saja, tak lama kemudian dipecat oleh Presiden Jokowi.
Sedangkan Sandi adalah murni seorang pengusaha profesional.
Pada aspek ini AHOK-DJAROT tentu lebih unggul dibanding Anies Sandi.
Lalu mengenai hasil kerja selama menjabat sebagai Gub dan WaGub DKI, AHOK-DJAROT juga telah menunjukkannya. Berbagai bidang telah dibangun secara nyata dan bermanfaat langsung bagi warga DKI. Sedangkan Anies dan Sandi bagaimana mau mengukur hasilkerja mereka, jika Anis saja belum selesai jadi menteri sudah dipecat lebih dulu oleh Jokowi? Sedangkan Sandi memang terbukti hebat keahliannya, tapi di bidang bisnis dan tak bisa disetarakan dengan kerja di pemerintahan.
Mengenai VISI MISI dan DEBAT CALON PILKADA, saya rasa juga tak terlalu tampak bedanya. Atau dengan kata lain, kedua pasangan relatif seimbang dalam menyampaikan visi misinya, namun yang jelas AHOK menyampaikan program yang nyata dan terbukti, sedangkan Anies-Sandi sebatas menyampaikan usulan program dan berjanji akan merealisasikannya jika mereka terpilih. Tapi jika ditelaah, banyak program mereka yang tidak membumi, alias terkesan Omong Doang (OMDO).
Nah dari uraian diatas, jika keseluruhannya ditimbang untuk menentukan kualitas kedua paslon, sudah barang tentu jika dipertimbangkan dengan menggunakan nalar dan akal sehat, maka pemenagnya adalah AHOK-DJAROT, bahkan bisa dikatakan AHOK-DJAROT seharusnya MENANG TELAK.
Nah, tapi kenyataannya justru sebaliknya. Ini sangat tidak masuk akal bukan?
Namun demikian setelah saya renungkan, ternyata ada satu faktor yang mungkin kita semua tak pernah perhitungkan sebagai faktor yang mendominasi semua parameter yang ada, yaitu faktor Keyakinan Agama.
Kubu Anies-Sandi merasa tak mampu lagi bersaing secara teknis, oleh sebab itu mereka mencari titik lemah pertahanan AHOK-DJAROT khususnya AHOK dengan memanipulasi Kasus Penistaan Agama untuk menggiring opini publik bahwa AHOK adalah pejabat yang tidak layak dipilih karena dituduh telah menista agama Islam.
Ini adalah pintu masuk bagi kubu mereka untuk menyerang AHOK secara pribadi. Dari sini mereka berupaya memperbesar dampaknya dengan melakukan propaganda anti AHOK, melalui mimbar-mibar agama sekaligus menyelipkan dalil-dalil yang mereka cari-cari dan dikait-kaitkan antara lain Surat Al Maidah 51.
Dalil ini seakan di blow up untuk dijadikan dogma bahwa dilarang memilih pemimpin non muslim. Merekapun bahkan mencari pembiayaan dalam jumlah besar demi menggelar demo besar-besaran dan berjilid-jilid yang tujuan sesungguhnya bukan untuk menuntut atau memenjarakan AHOK, tapi sebuah kampanye agar semua orang tahu, bahwa Agama Islam melarang untuk memilih non muslim menjadi pemimpin, apalagi seorang penista agama.
Jadi acara demo yang berkali-kali mereka gelar itu sesungguhnya bukan sekadar unjuk rasa, tapi sudah menjurus pada kampanye hitam (Black Campaign)
Hal ini jelas-jelas tidak mencerminkan cara berdemokrasi yag sehat, sebab memasukkan unsur SARA dalam berkampanye. Apalagi AHOK adalah berasal dari kalangan etnis dan agama minoritas di negeri ini. Sedangkan keberadaan DJAROT yang muslim, sama sekali tak pernah disentuh oleh mereka.
Jadi fokus dan sasaran tembak mereka adalah AHOK semata. Bahkan mereka dengan lantang mengusung jargon ‘ASAL BUKAN AHOK’. Ini sungguh hal yang memalukan dan memprihatinkan, sebab cara-cara seperti ini hanya dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal.
Ditengah era demokrasi modern sekarang ini, ternyata negeri ini atau setidaknya warga Jakarta masih belum seluruhnya mampu mengarah kepada proses demokrasi yang sesungguhnya.
Upaya mereka ternyata berhasil memperngaruhi opini warga DKI yang memang sebagian besar adalah pemeluk Agama Islam. Namun efektifitasnya hanya sebatas sampai kepada umat muslim yang belum sepenuhnya memahami kebenaran atas ajaran Islam dan terbatas pada lingkungan kelompok Islam radikal dibawah kepemimpinan HR.
Keberhasilan mereka menggunakan cara-cara yang mengusung isu SARA khususnya Agama, mampu menggiring opini dan keyakinan warga, bahwa jika memilih AHOK menjadi Gubernur, maka mereka akan berdosa. Oleh sebab itu tak ada pilihan lain selain memilih ANIES SANDI.
Jadi sesungguhnya sebagian besar dari mereka bukanlah memilih ANIES-SANDI, tapi karena tak ada pilihan lain, dan takut berdosa jika memilih AHOK.
Padahal jika mereka ditanya tentang bagaimana hasil kerja AHOK-DJAROT selama menjabat sebagai pimpinan Pemerintah DKI Jakarta, sejujurnya mereka tentu akan mengakui AHOK dan DJAROT telah berhasil membawa perubahan yang positif untuk Jakarta.
Jika ‘Keyakinan Agama’ semata-mata dijadikan dasar untuk memilih Gubernur DKI, sudah pasti AHOK-DJAROT akan kalah.
Namun demikian, kekalahan AHOK-DJAROT bukan dalam arti sebenarnya jika diukur dengan iklim demokrasi yang sehat. Ini hanyalah sebagai dampak dari adanya sebuah penyimpangan terhadap makna demokrasi itu sendiri.
Namun Tuhan tentu menyelipkan suatu hikmah yang bisa diambil dibalik itu semua, dan seluruh pendukung AHOK percaya, bahwa kebenaran pada saatnya akan kembali MENANG…!
#donibastian
Yessss kpan mau mju ngara klau msih tr ktak2 warga nya lbih claka nya lg yg brpotensi di ckal gx bsa bbas brkarya yg bgo di piara biar bsa bgi ssajen hdeh….sbnar nya ssajen itu untuk org mti ni msih hdup di ssajen wleh…wlehhhh…
Dan nikmatilah dinginnya lantai penjara HOK….