Berita  

Banjir Rob Tak Terkendali, Terminal Terboyo Semarang Resmi Dialihfungsikan

Nestapa Terminal Legendaris di Pesisir Semarang. Terminal Terboyo, salah satu simpul transportasi tertua dan tersibuk di Semarang, kini tinggal kenangan. Banjir rob yang kian parah dan tak kunjung tertangani secara permanen akhirnya memaksa Pemerintah Kota Semarang untuk mengalihkan fungsi Terminal Terboyo Semarang. Keputusan ini bukanlah hasil dari satu malam, melainkan akumulasi dari bertahun-tahun permasalahan banjir pesisir, penurunan muka tanah, dan keterbatasan infrastruktur.

Banjir Rob Menjadi Masalah Kronis

Setidaknya dalam lima tahun terakhir, genangan air laut akibat rob telah menjadi pemandangan rutin di Terminal Terboyo, terutama pada musim pasang tinggi dan saat fenomena bulan purnama. Ketinggian air bisa mencapai 70–100 cm, membuat jalan akses utama dan seluruh zona keberangkatan bus lumpuh total.

Menurut data BPBD Kota Semarang, Terboyo mengalami rob lebih dari 180 hari dalam setahun, dengan durasi genangan rata-rata mencapai 6 jam per hari. Aktivitas transportasi terganggu, bus enggan masuk terminal, dan penumpang kesulitan mencari informasi maupun titik keberangkatan yang pasti.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Alih fungsi ini menyisakan luka bagi banyak pihak:

  • Sopir dan kondektur kehilangan titik operasi yang strategis.

  • Pedagang kaki lima (PKL) yang menggantungkan hidup dari lalu lintas penumpang harus kehilangan pelanggan.

  • Warga sekitar terminal, terutama di Kelurahan Terboyo Wetan, harus menghadapi nilai properti yang anjlok dan kerusakan lingkungan yang terus memburuk.

“Dulu ini pusatnya orang keluar masuk Jawa Tengah. Sekarang jadi kolam tiap sore,” ungkap Pak Sukardi, mantan petugas kebersihan terminal yang telah bekerja sejak 1998.

Keputusan Pemerintah: Alih Fungsi Terminal

Pada awal 2025, Wali Kota Semarang mengumumkan bahwa Terminal Terboyo Semarang akan dialihfungsikan sebagai kawasan buffer logistik darurat dan depo angkutan barang, sekaligus zona konservasi banjir rob.

Sebagai gantinya, pemerintah memindahkan fungsi pelayanan angkutan antarkota dan dalam kota ke:

  • Terminal Pengganti: Terminal Mangkang (untuk trayek barat dan luar kota)

  • Zona Transit Sementara: Kaligawe dan Genuk (untuk angkutan kota dan shuttle bus)

  • Titik Parkir Terpadu: Depo Bus BRT di Tlogosari dan Penggaron

Pembangunan akses dan integrasi transportasi berbasis aplikasi juga tengah dikembangkan untuk memudahkan penumpang mengakses informasi secara real time.

Rencana Tata Ulang Wilayah

Pemerintah Kota Semarang bersama Kementerian PUPR merancang masterplan jangka panjang yang mencakup:

  • Pembangunan tanggul laut (sea wall) terpadu.

  • Konversi lahan Terminal Terboyo menjadi ruang terbuka hijau (RTH) dan zona penampungan air rob.

  • Penyusunan ulang jaringan transportasi antarkota agar lebih terdistribusi dan tidak terkonsentrasi di titik pesisir rendah.

Kritik dan Harapan

Meski kebijakan ini dinilai realistis, sejumlah pengamat transportasi dan lingkungan menilai bahwa keputusan ini juga mencerminkan kegagalan tata kota masa lalu yang menempatkan fasilitas vital di zona rawan.

Alih fungsi Terminal Terboyo menjadi peringatan keras bahwa perubahan iklim, pengelolaan pesisir, dan tata ruang tidak bisa lagi dipandang sebagai isu jangka panjang semata. Mereka sudah menjadi realitas sehari-hari.

Penutup

Terminal Terboyo Semarang mungkin telah kehilangan fungsinya sebagai pusat transportasi, tapi kisahnya masih hidup sebagai pelajaran besar bagi kota-kota

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses