MYAHOK.COM – Pukul 11.40 WIB, sidang ditutup. Ahok berdiri dan menyalami majelis Hakim. Ruhut Sitompul langsung berjalan mendekati Ahok. Aku berdiri memanggil Ahok. Mengharap bisa menjabat tangannya sekedar memberi penghiburan agar tetap tegar.
Ruhut menarik Ahok. Mereka berjalan cepat keluar ke arah belakang. Aku mengekor bersama abang angkat Ahok. Ahok bersama Ruhut Sitompul dan Edi Prasetyo berjalan cepat naik ke lantai dua. Mereka masuk ke sebuah ruangan ukuran 2×3. Aku ikut masuk. Ada tujuh orang di dalam ruangan itu.
Di ujung meja itu Ahok duduk. Di sampingnya Edi Prasetyo dan Ruhut Sitompul. Mereka berbicara ringan. Aku duduk di samping Ruhut Sitompul. Di depanku duduk abang angkat Ahok Andi Ananta Amir.
Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya berbaju kurung biru padu jilbab merah muda mendekati Ahok. Perempuan paruh baya itu menarik perhatian kami. Ia mendekap Ahok dari belakang. Mencium pipi Ahok sambil sesunggukan.
Ahok menutup matanya. Pelukan perempuan paruh baya itu membuat Ahok menarik nafas panjang. Ahok seakan sedang didekap ibu angkat yang sangat disayanginya.
Ibu angkat yang selalu memberi semangat dan selalu mendoakannya ketika orang-orang menghujatnya. Perempuan paruh baya itu semakin terisak. ” Huhuhuhu..Adikku ini baik sekali orangnya..huhuhuhu”, sedu perempuan baya itu sambil terus mendekap erat Ahok.
Mataku berkaca kaca melihat adegan menyayat hati ini. Aku bertanya pada abang angkat Ahok, siapa gerangan perempuan paruh baya itu. ” Dia kakak kandungku, Nana Riwayati”, jelas abang angkat Ahok.
Kakak adik berbeda iman dan suku yang disatukan oleh sumpah cinta kedua ayah mereka kini saling berpelukan dalam ruang pengadilan. Nana terus mendekap Ahok. Ia menangis tak peduli orang disekelilingnya juga terharu melihatnya.
Ahok menepuk tangan perempuan paruh baya itu. Ia menepuk tangan kakak angkatnya seolah berkata “Tidak apa apa kak…sudahlah jangan menangis lagi”. Ahok memberi tisu kepada kakak angkatnya itu.
Di depanku, aku melihat abang angkat Ahok menundukkan kepalanya. Matanya tidak mampu menahan buliran air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Ia tidak tahan melihat kakak kandungnya Nana menangis sambil mendekap erat Ahok. Ia heran mengapa saudara saudaranya seiman menghujat Ahok sebagai penista agama Islam, padahal Ia tahu Ahok sangat menghormati agama Islam.
Aku mendekati Ahok. Aku ingin menjabat tangannya. “Pak Ahok, saya Birgaldo Sinaga, tetap tegar dan kuat ya Pak, kami mendukung Bapak. Kami yakin Pak Ahok bisa melewati cobaan ini”, ujarku sambil menepuk pundak Ahok.
“Oh iya..siapa? Birgaldo Sinaga? Ya..ya..saya ingat. Saya sering membaca tulisan saudara. Terimakasih ya.”, ujar Ahok tulus sambil menjabat erat tanganku.
Aku tertegun. Tidak menyangka Ahok mengenal namaku. Padahal aku belum pernah bicara dengannya. Beberapa kali jumpa tapi sekedar selfie.
Polisi masuk ruangan. Mengajak Ahok agar segera keluar gedung pengadilan. Kami menyalaminya. Aku masih melihat matanya sembab. Ia memeluk abang angkatnya. Andi memeluk sambil menahan tangis. Nana, kakak angkat Ahok membisikkan sesuatu. Ahok mengangguk. Mereka berpelukan.
Ahok dan polisi melangkah cepat. Puluhan personel mengawal Ahok melewati koridor. Di luar gedung, pendemo semakin bergelora meneriakkan hujatan Tangkap Ahok..Tangkap Kafir Ahok.
Aku mendekati Nana. “Bu tadi ibu menangis sambil memeluk Ahok. Ibu bilang adikku ini baik sekali”, tanyaku ingin tahu.
“Iya..Adikku Ahok itu orang paling baik. Setiap bertemu, Ahok selalu bilang harapannya ingin menolong umat muslim yang susah dan miskin. Ia selalu bilang akan memperjuangkan kebijakan menaikkan martabat orang susah dan miskin”, ujar Nana masih dalam gurat sedih. Aku mengangguk. Nana mengejar Ahok dari belakang.
Kami berpisah. Aku berjalan bersama Bu Yen seorang relawan Ahok menerobos barisan polisi.
Koh Ahok…aku kehabisan kata untuk membesarkan hatimu. Ijinkanlah aku menuangkan segelas air putih lagi untuk menyegarkan jiwamu yang sedang dihimpit oleh orang orang yang berharap agar kau jatuh tergeletak tak berdaya.
Tetaplah tegar dan kuat ya Koh Ahok… Aku berharap cukuplah air matamu hanya di persidangan perdana ini. Esok… percayalah kebenaran akan mendekap dan memelukmu…karena orang benar tidak bisa dikalahkan sekalipun sejuta orang berusaha menginjak-injak wajahmu.
Ahok orang paling baik..