Politik itu sesungguhnya adalah seni untuk menyakinkan orang atau sekelompok orang. Karena tujuannya hanya sebatas meyakinkan orang lain, maka segala cara dilakukan. Bagi para pemain politik atau biasa dipanggil politisi atau politikus, tolok ukur keberhasilan dalam menjalankan tugasnya adalah sejauh mana dapat meyakinkan orang lain (menggiring opini) sehingga mengikuti apa yang mereka inginkan.
Para politisi/politikus tidak semuanya memiliki perilaku yang baik, maksudnya adalah tetap menjaga etika dan moralitas dalam bekerja. Itulah para politikus yang saya menyebutnya dengan Politikus tak bermoral.
Apa yang dilakukan oleh para politikus tak bermoral hanyalah demi mewujudkan keinginannya, dengan menggunakan segala cara. Tak ada lagi etika yang membatasinya. Bahkan perbuatan yang nyata-nyata dilarang dilakukan dalam ajaran agamapun, sengaja mereka lakukan juga.
Perilaku politikus tak bermoral antara lain adalah menyebarkan berita tidak benar, berbohong kepada publik hingga memfitnah lawan politiknya. Adalagi yang sengaja membuat gambar atau meme yang dibuat sedemikian rupa sehingga memutar balikkan fakta.
Sebagai contohnya adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Jonru dengan mengungah gambar berikut :
Apa yang dilakukannya ini sungguh keterlaluan dan sama sekali tidak mencerminkan seorang yang bermoral. Sebab gambar tersebut sengaja direkayasa dan dipublikasikan dan memutarbalikkan fakta yang sesungguh sebagaimana gambar berikut ini :
Hal diatas adalah jelas suatu perbuatan yang kasat mata mudah di ketahui sisi busuk niat dan perilakunya.
Ada lagi politikus yang sangat ambisius untuk meraih kekuasaan atau menjadi pejabat, sehingga dia mau mengorbankan harga diri dan martabatnya. Kepada politikus yang berperilaku seperti ini, saya menyebutnya dengan pelacur politik.
Mengapa demikian? Sebab seorang pelacur politik sudah tak punya harga diri lagi. Dia tak menyadari bahwa martabatnya sediri dia injak-injak.
Para pelacur politik tak malu lagi datang kepada pihak atau partai politik manapun dan menawarkan dirinya agar diusung sebagai calon. Perilaku seperti ini, tak ubahnya dengan yang dilakukan oleh para pelacur atau PSK (Pekerja Sek Komersial) yang mana mereka menawarkan diri kepada semua orang untuk ditiduri demi melampiaskan keinginannya.
Keinginan para pelacur politik ini juga tidak semata-mata ingin mencari uang atau kekayaan dengan menduduki suatu jabatan tertentu. Ada pula yang sebatas melampiaskan dendam atau hanya ingin dipandang lebih hebat di antara para pejabat lainnya.
Dari sisi tingkat intelektualnya, para pelacur politik ini justru memiliki keahlian dan pengalaman yang mumpuni, bahkan past perfomance-nya di ranah politik boleh dikatakan hebat, sebab pernah menduduki jabatan sekelas menteri beberapa kali. Naman sayang tidak didukung oleh kecerdasan emosionalnya.
Namun apa boleh dikata, memang beginilah dunia yang punya beraneka rupa. Yang anehnya lagi, masih ada orang atau kelompok tertentu yang mempercayainya. Sudah jelas-jelas perilakunya seperti pelacur, masih saja diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri.
Apalagi menjelang Pilkada DKI Jakarta tahun depan. Para pelacur Politik ini pada bermunculan. Setiap hari mereka mengemis dari pintu ke pintu demi memperoleh dukungan. Sungguh mereka adalah pemilik moral yang rendah.
Para pelacur politik itu hanya punya satu berkeinginan yaitu mengalahkan pejabat incumbent. Entah apa yang diinginkannya, sebab sebelumnya mereka bahkan ada yang telah mencalonkan diri sebagai Presiden RI. Apa istimewanya menjadi Gubernur DKI bila dia pernah menjabat sebagai menteri? Lalu seandainya dia telah berhasil mengalahkan AHOK, apa yang mereka lakukan untuk warga Jakarta?
Warga Jakarta sekarang ini sudah cukup cerdas dalam memilih sendiri pemimpinnya. Mereka hanya ingin pemimpin yang bersih, adil dan membela kepentingan warga. Warga Jakarta tak butuh janji-janji, retorika dan sandiwara politik. Yang dibutuhkan sekarang adalah hasil kerja dari seorang Gubernur yang nyata dan bisa dirasakan langung pada kehidupan sehari-hari oleh warga Jakarta.
#donibastian