Saya Kecewa dengan Ahmad Dhani

ahmad dhani banner

Saya pertama kali mendengar nama Ahmad Dhani (AD) sekitar tahun 87-88. Kala itu saya mendengarkan sebuah lagu berjudul ‘Kangen’. Lagu itu belum beredar luas, dan waktu itu saya memperoleh kaset rekaman yang berisi satu lagu (single) dari seorang teman yang bekerja di stasiun radio. Group band yang membawakannya adalah Dewa 19, semasa Ari Lasso sebagai vokalis dan  Dhani Ahmad (belum Ahmad Dhani) sebagai penciptanya.

Begitu mendengar lagu itu, saya yakin Ahmad Dhani akan jadi musisi ternama. Sungguh harus saya akui bahwa AD adalah seorang musisi yang jenius. Semua lagu ciptaannya, punya notasi dan chord yang ‘mahal’ (istilah di kalangan musisi, ‘mahal’ berarti bagus dan mudah laku ‘dijual’).

Bintang keberuntungan Ahmad Dhani di dunia musik semakin cemerlang dari tahun ke tahun. Setiap album yang diproduksi oleh Dewa 19 hingga namanya berubah jadi DEWA, seluruhnya laris manis. Sampai akhirnya dia menjadi Presiden di negara sendiri yaitu Republik (rakyat) Cinta.

Kini AD sudah jadi orang kaya raya. Apapun dia punya dan apapun bisa dia beli. Tapi  sesungguhnya saya ingin agar AD terus berkarya di dunia musik, tapi entah mengapa kini dia banting setir atau mungkin sebatas coba-coba masuk ke rimba politik.

Sebagai seorang musisi jenius yang terjun ke arena politik, AD mendadak seperti berubah menjadi seorang manusia ‘Idiot’ (maaf Dhani, jangan tersinggung).

Bagaimana tidak? Belum-belum sudah mencalonkan diri jadi Gubernur DKI. Ibaratkan anak balita yang tak pernah belajar merangkak, tiba-tiba sudah ingin berlari. Emangnya gampang mau jadi Gubernur? Apalagi ada Ahok sebagai pejabat Incumbent. Kalau ditimbang-timbang kemungkinan AD bisa menang melawan Ahok, tentu sangatlah jauh. Kalau dipinjam dari istilah orang Jawa, kapasitas AD  hanya ‘sekuku ireng’ aja.

Saya bukan bermaksud merendahkan AD, tapi hanya sekadar bicara fakta. Maksud saya, kalau AD punya suatu keinginan, mbok ya diukur dulu gitu loh. Jangan mentang-mentang punya duit, lalu ada yang ngompor-ngomporin, kepalanya jadi tambah gede.

AD terlalu cepat mengambil keputusan, dan merasa bahwa dirinya itu hebat di segala bidang. Memang dasar AD arogan dan kepala batu. Bolehlah bila memang AD sudah tak laku lagi di dunia musik, tapi kenyataannya, lagu-lagu DEWA masih banyak ditunggu oleh para penggemarnya. Apakah AD tak menyadari hal itu? Ataukah memang dia sendiri yang merasa jenuh dan sudah tua, kemudian ingin pindah ke lain profesi?

AD memang punya banyak harta dan uang. Tapi apakah semua yang diinginkan bisa dibeli dengan uang?. “Politik iku dudu koyok musik, rek !”, begitu kata arek-arek Suroboyo..

Masih mending bila AD bicaranya agak sedikit di’kontrol’, tapi akhir-akhir ini mulutnya malah ngomong makin tak karuan dan gak jelas kemana maunya. Mendingan AD diam daripada ngomong sana-ngomong sini, cari cari bahan hanya untuk menyerang keberadaan AHOK.

Pernahkah dia sadari bahwa setiap ucapannya yang menyinggung keberadaan AHOK, tentu juga akan semakin membuat geram para pendukungnya? Ahmad Dhani mungkin lupa, bahwa sebagian besar pendukung AHOK itu adalah penggemar berat lagu-lagunya juga, termasuk saya.

Terus terang saya merasa sangat kecewa dengan perilaku AD akhir-akhir ini yang makin jauh dari yang diharapkan. Bolehlah dia sakit hati karena ada kawan-kawannya dari ParPol yang mengingkari janji. Tapi jangan pula melampiaskan rasa sakit hatinya itu dengan menyerang Ahok.

Bukan berarti semata-mata karena saya membela AHOK, tapi dalam hati saya juga sangat menyayangkan sikap AD jika terus berbuat seperti itu.

Sudahlah Dhani, untuk apa kau terus mem-bully AHOK? Apa kau kira Ahok terganggu dengan ocehanmu? Apa kau kira para pendukung AHOK akan percaya dengan omonganmu? Sama sekali tidak !. Justru di medsos, setiap pernyataanmu jadi bahan tertawaan dan ‘bully-bully’an. Silakan cek sendiri, bagaimana reaksi penggguna medsos menanggapi semua pernyataanmu.

Bila AD tetap saja melakukan tindakan yang semakin jauh menyerang AHOK, maka bisa jadi justru semua orang akan berbalik mencibirnya. Ini jusru menjadi kontraproduktip dengan tujuan semula bukan?.

Tujuan awal ingin meraih popularitas di dunia politik tapi yang terjadi justru masyarakat khususnya warga Jakarta, berbalik membencinya.

Sekali lagi saya hanya menghimbau kepada Ahmad Dhani untuk berhenti melakukan hal-hal yang seolah hanya melampiaskan kebencian semata kepada AHOK.

Bila ini diteruskan, maka AD harus bersiap-siap, bila suatu saat nanti kembali ke habitatnya, maka jangan heran jika setiap pertunjukanmu akan sepi penonton, dan lagu-lagumu tak lagi laris manis seperti dulu…

Salam

Doni Bastian

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

3 Komentar

  1. Haha sayang penulisnya masih kalah cerdas dengan yang dikritisi sehingga analisanya amburadul…